Pemilu 2024: Apa jadinya jika presiden tidak punya istri? Apa sesungguhnya fungsi ibu negara?
Prabowo Subianto berpotensi menjadi presiden pertama dalam sejarah Indonesia yang tidak didampingi ibu negara. Menurut pengamat dan para istri capres, kehadiran ibu negara penting dalam tugas kepresidenan.

JAKARTA: Selama hampir 50 tahun, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta Timur telah menjadi tempat wisata yang terkenal.
Dirimbuni pepohonan hijau, taman rekreasi budaya seluas 150 hektare itu adalah miniatur replika Indonesia, tempat para pengunjung bisa mempelajari tradisi dan budaya negeri ini.
Pembangunan TMII digagas oleh Tien Soeharto, istri dari presiden kedua dan terlama Indonesia, presiden Soeharto.
TMII kerap disebut sebagai warisan Tien. Tidak banyak museum dan taman hiburan pada tahun 1980-an dan 1990-an di Indonesia, menjadikan TMII tujuan utama para siswa yang ingin mempelajari Nusantara.
Nasib TMII sempat terkatung-katung setelah lengsernya Soeharto pada 1998. Barulah pada Januari 2022, taman itu direnovasi dan dibuka untuk umum pada November di tahun yang sama.
"Saya sudah pernah ke sini sebelumnya, tapi Taman Mini baru direnovasi dan jadi lebih bagus," kata seorang pengunjung, Kulsum, 45, ketika ditemui CNA di TMII pada akhir Januari lalu.

Sebagai ibu negara, Tien Soeharto tidak hanya meninggalkan warisan fisik, tetapi juga warisan budaya bagi Indonesia. Seiring pemilu 14 Februari yang kian dekat, publik tidak hanya menyoroti para calon presiden, tetapi juga pasangan mereka.
Ketiga capres adalah mantan gubernur Jakarta Anies Baswedan, mantan menteri pertahanan Prabowo Subianto dan mantan gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Tapi tidak seperti Anies dan Ganjar, Prabowo melajang.
Saat ini Prabowo memimpin berbagai jajak pendapat dengan tingkat elektabilitas sekitar 48 persen, sementara Anies dan Ganjar tertinggal dengan masing-masing 24 dan 21 persen, berdasarkan survei lembaga riset Indikator Politik Indonesia.
Berkaca dari angka tersebut, maka Indonesia untuk pertama kalinya dalam sejarah tidak memiliki ibu negara, jika Prabowo terpilih menjadi presiden kedelapan.
PERAN IBU NEGARA
Peran ibu negara memang tidak dijelaskan dalam konstitusi di Indonesia. Namun ibu negara bisa memainkan peran penting dalam urusan kenegaraan tertentu yang tidak bisa selalu dikerjakan oleh presiden, ujar pakar tata negara dari Universitas Andalas, Padang, Feri Amsari.
"Misalnya Tien Soeharto, dan Ani Yudhoyono, istri presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono ... mereka sudah seperti permaisuri atau ratu di kerajaan," kata Feri.
Tien pernah memprakarsai pembangunan rumah sakit kanker pertama di Indonesia. Sementara Ani, sempat menjabat sebagai wakil ketua di Partai Demokrat.Â
Athiqah Nur Alami, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan ibu negara bisa memiliki beberapa peran.
Salah satunya, kata dia, ibu negara adalah pendamping presiden dalam kunjungan kenegaraan di dalam dan luar negeri.
"Dengan ditemani ibu negara, citra dan kredibilitas seorang presiden bisa meningkat," kata Athiqah.
Ketika presiden berkunjung ke luar negeri, ibu negara akan disertakan dalam acara diplomasi budaya dan berbagai kegiatan sosial.
"Kita juga pernah melihat beberapa contoh ketika ibu negara menggantikan presiden dalam kegiatan seremonial non-politik, seperti peresmian sekolah dan acara amal," ujar Athiqah.
Ibu negara, lanjut Athiqah, juga akan bertindak sebagai pemberi semangat, menampung aspirasi publik sembari mendorong mereka untuk lebih aktif dalam kemasyarakatan.
"Inisiatif seorang ibu negara, meski terkadang terlihat kecil, namun dapat mendukung kelompok-kelompok yang terpinggirkan," kata pengamat politik dari Universitas Atmajaya, Yoes Kenawas, kepada CNA.
Yoes mengatakan ibu negara dapat menjadi penyambung lidah kelompok-kelompok yang kadang diabaikan, seperti perempuan dan warga berkebutuhan khusus.
Sejak merdeka pada 1945, Indonesia telah memiliki beberapa ibu negara yang ternama.
Fatmawati Soekarno, istri presiden Soekarno, terkenal sebagai orang yang menjahit bendera pertama Indonesia.Â

Ainun Habibie, istri dari presiden BJ Habibie yang memimpin hanya setahun, adalah juga pendiri dari organisasi nirlaba Bank Mata Indonesia.
Istri dari presiden keempat Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid, dikenal sebagai sosok yang memperjuangkan kerukunan antar suku dan agama.
Indonesia pernah memiliki "bapak negara", yaitu Taufiq Kiemas, suami presiden Megawati Soekarnoputri yang memimpin pada 2001 hingga 2004.Â
Sebagai politisi, Taufiq juga mendampingi Megawati ketika istrinya itu mendirikan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pada akhir 1990-an. Taufiq yang kerap menemani Megawati dalam berbagai pertemuan bilateral telah diterima dengan baik oleh publik.
Beberapa tahun setelah kepemimpinan Megawati berakhir, Taufiq menjabat sebagai ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Sementara itu, Ani Yudhoyono dikenal atas kepeduliannya terhadap pendidikan anak dan kegemarannya pada dunia fotografi. Ani menggagas Mobil Pintar, sebuah perpustakaan berjalan untuk anak-anak.
Tidak banyak yang diketahui soal sepak terjang Iriana Joko Widodo sebagai ibu negara dalam dua periode kepemimpinan suaminya, presiden Jokowi.
Namun pada November 2023, media Tempo melaporkan bahwa Iriana adalah otak di balik pencalonan putranya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden yang kini bersanding dengan Prabowo dalam pilpres.
Gibran, 36, awalnya dianggap terlalu muda untuk mencalonkan diri karena konstitusi mensyaratkan kandidat harus berusia di atas 40 tahun. Namun sidang Mahkamah Konstitusi yang dipimpin adik ipar Jokowi, Anwar Usman, mengubah persyaratan tersebut sehingga membuat Gibran layak untuk maju.
Media telah meminta klarifikasi Iriana terkait laporan Tempo, namun dia enggan bersuara.
Meski setiap ibu negara memiliki ciri khasnya masing-masing, namun ada satu kesamaan mereka yaitu menjadi sosok penyokong presiden, kata Yoes.
Misalnya Tien, lanjut dia, yang memiliki peran aktif yang besar dalam sejarah Indonesia.
"Sosoknya penuh kontroversi karena beberapa orang mempertanyakan aktivitasnya, meski dia juga gencar mempromosikan pusat kesehatan terintegerasi untuk anak," kata Yoes soal Tien yang berperan sebagai ibu negara selama 29 tahun. Tien meninggal dunia pada 1996 ketika Soeharto masih memimpin.
Soeharto memimpin negara dengan tangan besi selama lebih dari 30 tahun antara 1967 hingga 1998. Dia mengundurkan diri setelah rangkaian aksi protes yang menuntutnya mundur berakhir dengan kekerasan di seluruh negeri.
Tien juga diduga terlibat skandal penyalahgunaan anggaran negara untuk proyek-proyek kemanusiaan dan sosial milik keluarganya ketika Soeharto masih menjabat.

APA JADINYA PRESIDEN TANPA IBU NEGARA?
Masyarakat yang diwawancara CNA cenderung merasa Indonesia harus memiliki ibu negara, meski perannya sebagian besar hanya simbolis.
"Indonesia harus punya ibu negara, karena jika tidak, semuanya akan kacau," kata Kulsum, yang datang dari Bogor ke TMII.
Kulsum meyakini ibu negara bisa membantu presiden, termasuk mengatur jadwal hariannya atau menjaga kesehatannya.
"Ibu negara juga bisa menginspirasi perempuan lainnya, jadi kita harus punya," kata dia.
"Jika tidak ada ibu negara, siapa yang akan menemani presiden dan mendengarkan keluh kesahnya," kata warga lainnya, Iryatul Zahra, 62, dari Palu.
Pekerja perusahaan periklanan di Jakarta, Indra Mulyawan, 56, juga berpendapat Indonesia perlu ibu negara untuk menjadi sosok yang dekat dengan masyarakat.
"Bahkan di tataran pemerintahan terendah, seperti kepala desa, istri kepala desa memainkan peranan penting di tengah masyarakat," kata dia.
Menurut Athiqah, masyarakat Indonesia yang patriarkis masih memegang teguh nilai-nilai keluarga dan budaya tradisional.Â
Itulah sebabnya, ibu negara sama pentingnya seperti figur ibu di dalam keluarga.
Prabowo pernah menikah dengan putri Soeharto, Titiek Soeharto, pada 1983 namun berpisah tidak lama setelah presiden kedua Indonesia itu lengser pada 1998.
Beberapa hari sebelum runtuhnya kepemimpinan Soeharto, menurut the Jakarta Post, Prabowo mengeklaim pada saat itu ia sebagai jenderal Kopassus diperintahkan oleh presiden unuk menculik beberapa aktivis pro-demokrasi. Hal ini yang konon membuat Prabowo kemudian dipecat dari kemiliteran.

Lantas, bagaimana jika Prabowo menang pilpres dan Indonesia tidak punya ibu negara?
"Kalau tidak ada ibu negara, ketika delegasi asing berkunjung, maka tidak ada yang menemani pasangan mereka," kata Feri Amsari.
"Tidak akan ada orang yang bisa mendekati kelompok perempuan, minoritas, atau masyarakat dengan lembut."
Yoes mengatakan, jika Prabowo menang, dia kemungkinan akan meminta mantan istrinya Titiek untuk menemaninya.
Titiek sendiri adalah anggota partai Gerindra yang dipimpin Prabowo dan keduanya kerap terlihat bersama dalam berbagai acara di depan publik.
Mereka memiliki seorang putra, Didit Hediprasetyo, dan Prabowo kemungkinan juga akan meminta bantuannya jika diperlukan.

Menurut Yoes, Didit yang berprofesi sebagai perancang busana kemungkinan tidak tertarik terlibat dalam masalah politik dan kenegaraan.
Sebagai penggantinya, Yoes menduga, Prabowo bisa meminta kedua kakak perempuannya atau bahkan istri dari wakil presiden untuk mendampinginya.
Prabowo punya dua kakak perempuan yaitu  Bianti Djiwandono dan Maryani Djojohadikusumo yang keduanya berusia di atas 70 tahun. Keponakannya, Rahayu Saraswati, 38, adalah anggota partai Gerindra.
Prabowo Subianto is the frontrunner in Indonesia's presidential race and he's single - which raises the prospect that there may not be a first lady if he's elected. But does this matter?
CALON IBU NEGARA
Prabowo boleh jadi memimpin dalam survei, tapi itu bukan jaminan dia akan menang pilpres. Beberapa jajak pendapat menunjukkan tingkat elektabilitas Prabowo di bawah 50 persen, yang artinya pemilihan putaran kedua kemungkinan akan digelar pada Juni mendatang.
Jika Anies atau Ganjar menang pemilu, maka istri mereka sudah lebih dari siap menjadi ibu negara.
Fery Farhati, 52, adalah istri dari Anies.Â
Ibu empat anak ini meraih gelar master untuk studi anak dan keluarga dari Northern Illinois University, Amerika Serikat. Dia juga lulusan fakultas psikologi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sejak kampanye pilpres dimulai akhir November lalu, Fery telah aktif mendukung Anies dengan menemaninya berkunjung ke berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Fery juga turun ke lapangan di Jakarta dan Jawa Barat tanpa Anies, memperkenalkan program-program parenting yang ditawarkan suaminya dan menjadi pembicara di acara talk show.
"Tergantung apa yang diperlukan. Kadang, saya menerima undangan, dan tim yang memutuskan kemana saya harus pergi.
"Dan jika saya pergi dengan Mas Anies, biasanya di acara yang ada hubungannya dengan kegiatan perempuan," kata Fery dalam wawancara dengan CNA di rumahnya.
Fery bukanlah wanita karier, tapi dia menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk menulis buku-buku parenting dan membuat permainan kartu untuk orang tua dan anak yang dibagikannya ke masyarakat sekitar rumahnya di Jakarta.
Siti Atikoh, istri Ganjar, juga sama sibuknya.
Perempuan 52 tahun ini telah berkeliling Indonesia tanpa didampingi suaminya sejak Desember lalu. Biasanya dia baru terlihat bersama Ganjar ketika di Jakarta atau selama akhir pekan.
"Saya sangat senang bisa menyapa banyak orang. Saya menerima banyak aspirasi dari mereka," kata ibu dengan satu putra ini.
"Ada banyak permasalahan di masyarakat yang perlu diselesaikan segera," lanjut Atikoh kepada CNA ketika mengunjungi salah satu kelompok relawan di Jakarta.

Menurut Atikoh, permasalahan yang kerap ditemuinya adalah keluhan para petani soal kurangnya pupuk, ibu rumah tangga soal tingginya harga kebutuhan pokok dan publik soal kurangnya lapangan kerja.
Atikoh, mantan jurnalis yang meraih gelar master untuk kebijakan publik dari University of Tokyo, Jepang, ini adalah pegawai negeri di Jakarta sebelum pindah ke Jawa Tengah untuk menemani Ganjar yang menjadi gubernur di provinsi itu pada 2013 sampai 2023.
Baik Fery dan Atikoh memiliki latar belakang yang berbeda, dan keduanya sudah punya bayangan akan menjadi ibu negara seperti apa jika suami mereka terpilih presiden.
"Saya ingin terus berperan di rumah sebagai ibu yang menyatukan keluarga, sekaligus juga menjadi pendamping dan teman bagi Mas Anies," kata Fery.
"Tapi di sisi lain, saya ingin memanfaatkan peran ibu negara karena dia adalah sosok yang menjadi sorotan. Saya ingin mengangkat isu-isu yang tengah menjadi masalah dan sesuai dengan minat saya."
Termasuk masalah yang menjadi perhatiannya adalah soal kesejahteraan keluarga dan pemberdayaan perempuan.
Sementara Atikoh punya pandangan sendiri soal apa yang bisa diperoleh masyarakat dari seorang ibu negara.
"Pertama, saya ingin menjadi seorang ibu (bagi bangsa). Seorang ibu selalu hadir ketika anak-anaknya memerlukan, selalu mendengarkan. Saya ingin memberdayakan masyarakat, tidak dengan memberikan mereka ikan, tapi dengan mengajari mereka memancing," kata Atikoh.
Menurut Feri, memiliki ibu negara memang bukan kewajiban, tapi sudah menjadi kelaziman di negara ini. Dia menyadari, konstitusi Indonesia tidak mengharuskan adanya ibu negara.
"Tapi tidak biasa jika tidak memilikinya."
Baca artikel ini dalam bahasa Inggris di sini.