Skip to main content
Best News Website or Mobile Service
WAN-IFRA Digital Media Awards Worldwide 2022
Best News Website or Mobile Service
Digital Media Awards Worldwide 2022
Hamburger Menu
Advertisement
Advertisement

Indonesia

Berbekal pengalaman sebagai akademisi, capres Anies Baswedan adu gagasan untuk memikat para pemilih muda

Dibekali segudang pengalaman sebagai rektor universitas, Anies coba merengkuh para pemilih muda. CNA mengikuti kampanye mantan gubernur Jakarta ini dalam memikat calon pendukungnya.

Berbekal pengalaman sebagai akademisi, capres Anies Baswedan adu gagasan untuk memikat para pemilih muda
Calon presiden Anies Baswedan berkampanye di Bengkulu pada 6 Desember 2023. (Foto: CNA/Danang Wisanggeni)

BENGKULU: Nama acara dialog itu Desak Anies, ajang bagi masyarakat untuk ramai-ramai menantang gagasan Anies.

Dan sesuai namanya, para mahasiswa Universitas Hazairin di provinsi Bengkulu, pulau Sumatra, tidak menahan diri saat melontarkan pertanyaan-pertanyaan tajam kepada calon presiden Anies Baswedan. Tidak jarang, mereka bahkan memberikan pertanyaan lanjutan.

Hal yang paling banyak ditanyakan adalah sikap Anies terkait rencana ibu kota baru, Ibu Kota Nusantara (IKN), kebijakan utama dari Presiden Joko Widodo yang sebentar lagi berakhir masa jabatannya. Anies dikenal gencar menyuarakan penentangannya terhadap IKN, sebuah sikap yang berbeda dengan dua capres lainnya.

Para mahasiswa juga mencecar Anies soal masalah kemiskinan dan korupsi di Indonesia. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawabnya, sembari dia menguraikan topik-topik yang ada dengan penjelasan yang terperinci. Anies terlihat sangat luwes ketika menghadapi anak-anak muda itu.

Betapa tidak, Anies adalah seorang akademisi yang pernah menjabat rektor universitas dengan pengalaman bertahun-tahun berinteraksi dengan para pemuda. Pengalaman ini kemudian dijadikan strategi utama dalam kampanyenya untuk menghadapi kontestasi pemilihan presiden tahun ini.

Desak Anies adalah ajang di mana anak-anak muda dapat mengajukan pertanyaan kepada calon presiden Indonesia, Anies Baswedan. (Foto: Tim kampanye Anies Baswedan)

Berbicara kepada CNA setelah sesi Desak Anies dalam kampanyenya Desember lalu, mantan gubernur Jakarta ini percaya bahwa pemimpin seharusnya tidak perlu takut dikritik. Dialog, kata dia, adalah cara terbaik untuk memahami satu sama lain, terutama soal pemikiran anak-anak muda.

"Saya tidak pernah memandang mereka yang mengkritik sebagai musuh. Mereka adalah kawan, orang-orang yang juga peduli pada Indonesia," kata Anies.

PEMILIH MUDA JADI FOKUS UTAMA

Pada 14 Februari mendatang, lebih dari 204 juta orang akan menggunakan hak pilih mereka untuk menentukan siapa dari tiga pasang capres-cawapres yang akan memimpin Indonesia, negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara.

Lebih dari setengah pemilih adalah pemuda berusia antara 17 dan 42 tahun. Inilah kiranya yang menjadi alasan mengapa Anies, 54, menjadikan anak-anak muda sebagai target utama untuk kampanye dan kebijakannya jika terpilih presiden.

Anies pernah menjadi rektor termuda dalam sejarah Indonesia ketika dia ditunjuk untuk memimpin Universitas Paramadina, sebuah universitas berorientasi Islam, pada 2007 di usia 38 tahun.

Namanya kemudian dikenal secara nasional setelah menggagas gerakan edukasi bernama Indonesia Mengajar pada 2009. Dalam gerakan ini, para profesional muda direkrut untuk menjadi guru sekolah dasar di daerah-daerah terpencil Indonesia selama satu tahun sebagai bentuk sumbangsih kepada masyarakat.

Anies mengatakan, pengalamannya sebagai akademisi membuatnya memahami apa yang dirasakan masyarakat di lapangan. Karena itulah, dia ingin melakukan perubahan bagi negara ini - dimulai dari para pemuda yang ditemuinya dalam kampanye.

"Perubahan yang kami inisiasi adalah perubahan yang menghadirkan rasa keadilan," kata Anies dalam wawancara eksklusif dengan CNA sembari makan siang di sebuah restoran di Bengkulu.

Anies Baswedan (kiri) dalam wawancara eksklusif dengan CNA di Bengkulu pada 6 Desember 2023. (Foto: CNA/Danang Wisanggeni)

Citra sebagai intelektual dan cendekiawan Muslim sepertinya juga dimanfaatkan Anies sebagai strategi utama dalam kampanye, berbeda dengan dua capres lainnya.

Anies, yang mencalonkan diri sebagai presiden Indonesia kedelapan Indonesia, berpasangan dengan cawapres Muhaimin Iskandar, ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Dua pasangan lainnya adalah Prabowo Subianto dengan pasangannya Gibran Rakabuming Raka dan Ganjar Pranowo dengan Mahfud MD.

Prabowo adalah pensiunan jenderal militer yang saat ini menjabat menteri pertahanan, sementara Gibran adalah walikota Solo.

Sementara, Ganjar adalah mantan gubernur Jawa Tengah dan Mahfud adalah menteri koordinator bidang politik, hukum dan keamanan.

Untuk menggalang dukungan ketika di Bengkulu, Anies - akademisi pertama yang menjadi capres dalam 20 tahun terakhir setelah Amien Rais pada 2004 - melakukan kunjungan ke rumah pengasingan Soekarno, presiden pertama Indonesia.

Kegiatan itu dilakukannya di pekan kedua kampanye calon presiden yang resmi dimulai pada akhir November lalu.

Soekarno tinggal dalam pengasingan di Bengkulu selama beberapa tahun sebelum kemerdekaan Indonesia pada 1945.

Di rumah pengasingan itu, Anies memberikan penghormatan terhadap bapak pendiri bangsa Indonesia tersebut. Ini adalah langkah simbolik, sekaligus mungkin sebuah refleksi tidak langsung atas perjalanan penuh rintangan yang telah dilalui Anies.

"Republik ini didirikan oleh orang-orang yang terdidik. Intelektual dan cendekiawan yang pemikirannya terbentuk tidak hanya lewat bacaan, tapi juga oleh pengalaman hidup. Mereka mengalami penindasan, mereka dipenjara, tapi mereka memiliki pandangan yang luas.

"Meski mereka anak-anak orang kaya, tapi mereka membangun Republik ini untuk semua orang. Bukan untuk anak-anak mereka, bukan untuk keponakan, bukan untuk golongan mereka, tapi untuk semua," kata Anies.

KAMPANYE UNTUK PERUBAHAN YANG BERASASKAN KEADILAN

Memperjuangkan kepentingan rakyat adalah tema utama dari pesan kampanye Anies. Salah satu wujudnya adalah penolakan pembangunan ibu kota baru di Kalimantan yang berulang kali telah disampaikannya.

Jokowi pada 2019 memutuskan bahwa ibu kota akan dipindahkan dari Jakarta, kota yang terancam tenggelam, terlalu padat dan berpolusi, ke wilayah terpencil di belantara timur Kalimantan yang kini dinamai Nusantara.

Jokowi beralasan, pemindahan ibu kota diperlukan untuk menyelamatkan Jakarta dan memastikan pembangunan ekonomi lebih merata. Selama ini, pembangunan di negara perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini berpusat di Jawa, pulau tempat Jakarta berada.

Pemindahan ibu kota dilakukan dalam lima tahap yang akan dimulai tahun depan. Pembangunan IKN sendiri ditargetkan selesai pada 2014, ketika Indonesia berusia 100 tahun.

Namun, Anies yang berpandangan berbeda dengan dua capres lainnya, seringkali menyampaikan bahwa pembangunan ibu kota baru bukan hal yang mendesak.

Dua capres selain Anies telah menegaskan akan melanjutkan rencana Jokowi memindahkan ibu kota. 

Prabowo - dengan didampingi putra Jokowi, Gibran - kini selalu memuncaki survei dengan tingkat elektabilitas lebih dari 40 persen.

Ganjar dan cawapresnya Mahfud di posisi dua dalam survei, sementara Anies dan Muhaimin di posisi bontot. Namun beberapa survei terkini menunjukkan Anies mulai menyalip Ganjar.

Untuk memenangi pilpres, pasangan kandidat harus mendapatkan lebih dari 50 persen suara.

Jika tidak ada yang mendapat lebih dari 50 persen, pemilu akan memasuki putaran kedua pada Juni mendatang dengan dua pasang kandidat. Pasangan kandidat yang memeroleh suara terkecil akan tersisi.

Mahasiswa dalam kegiatan Desak Anies bertanya, mengapa ibu kota tidak perlu dipindah, padahal Anies dalam kampanye selalu berbicara soal perubahan. Anies menjawab, penolakannya didasarkan pada rasa keadilan dan kesetaraan. Menurut dia, ada hal-hal yang lebih mendesak yang perlu dilakukan.

Anies Baswedan adalah rektor universitas termuda di Indonesia yang menjabat pada usia 38 tahun (Foto: CNA/Danang Wisanggeni)

Misalnya, kata dia, memastikan guru-guru mendapatkan upah yang layak, membangun lebih banyak sekolah dan juga puskesmas di seluruh Indonesia.

Anies juga berargumen, istana presiden yang baru hanya akan dinikmati oleh para pejabat negara.

Lantas jika IKN tidak menjadi prioritas, bagaimana Anies - jika terpilih presiden - akan membiayai pembangunannya yang memakan anggaran US$31 miliar?

Menjawab pertanyaan CNA tersebut, Anies mengulangi jawabannya kepada mahasiswa di Desak Anies bahwa ada hal-hal mendesak lain yang lebih membutuhkan perhatian.

"Menurut pendapat saya, kita harus mengatasi masalah yang mendesak dan penting dulu. Baru setelah itu kita mengerjakan hal yang penting tapi tidak mendesak."

Anies mengatakan akan membentuk tim untuk menilai kebutuhan-kebutuhan tersebut jikalau dia menjadi presiden.

MENONJOLKAN KEISLAMAN

Pembawaan yang formal ciri seorang akademisi diperlihatkan Anies ketika bertemu dengan ribuan relawan di aula sebuah gedung di Bengkulu pada sore itu.

Saat Anies datang, gerombolan ibu-ibu menyerbu masuk, ingin berswafoto atau menjabat tangannya.

Dengan histeris, mereka memaksa masuk, hampir menginjak wartawan yang membuntuti tepat di belakang Anies.

Berdiri di atas mimbar, Anies mengaku senang bisa kembali ke Bengkulu.

Sebagai cucu dari Abdurrahman Baswedan - pahlawan nasional keturunan Arab yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia - Anies menekankan keislamannya dengan mengatakan bahwa dia bersyukur bisa kembali ke Bengkulu dan berwudu dengan airnya lagi.

Kata-kata yang sama diulanginya ketika berkampanye di kota lain.

"Saya tanya Anda semua, mengapa kita berkumpul di sini hari ini?"   

"Mengapa? Mengapa? Untuk apa? Untuk apa? Untuk perubahan! Perubahan! Perubahan!" ujar Anies dengan bersemangat.

"Ingat, kita berkumpul di sini hari ini karena menginginkan perubahan," kata Anies lagi kepada massa - yang kebanyakan mengenakan atribut dari partai Islam koalisi pendukungnya, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan PKB.

"Kita menginginkan keadilan di Indonesia dan Indonesia yang sejahtera untuk semua."

Anies kemudian menambahkan, masyarakat harus memilih dia karena kehidupan di Indonesia saat ini sulit.

Sebelum beranjak ke tempat berikutnya, Anies mengajak pendukungnya berdoa bersama dan mengakhirinya dengan teriakan "Amin" yang keras. Amin bisa berarti "Amin" untuk mengakhiri doa atau singkatan dari Anies dan Muhaimin.

Nama Amin mudah diingat oleh masyarakat Indonesia sehingga akhirnya digunakan sebagai nama kampanye pasangan ini.

Pemberhentian terakhir Anies di Bengkulu adalah menemui para nelayan di pantai sekitar.

Sesaat setelah dia tiba, hujan mulai turun.

Kendati hujan, ratusan nelayan sudah berkumpul di pantai untuk menemuinya.

Dengan antusias mereka menyambut Anies dan memakaikannya topi khas tradisional yang terbuat dari bambu untuk menaunginya dari rintik hujan.

Anies menggunakan kesempatan itu untuk menyatakan dukungannya bagi para nelayan jika terpilih presiden, dengan menjanjikan ketersediaan bahan bakar solar yang terjangkau agar mereka bisa melaut.

Seorang penjual es krim di pantai, Zainal Sapiin, mengaku girang melihat Anies.

Pria 55 tahun ini mengatakan dia akan memilih Anies.

"Karena menurut saya, yang terpenting dia adalah seorang Muslim dan taat," ujar dia kepada CNA.

"Kebanyakan orang Bengkulu menyukai Anies. Jemaah di masjid bilang Anies itu bagus."

Anies Baswedan menjanjikan bahan bakar solar dengan harga yang terjangkau akan tersedia bagi nelayan jika ia menang pemilihan presiden tahun ini. (Foto: CNA/Danang Wisanggeni)

SEJARAH DENGAN JOKOWI

Satu dekade lalu, Anies menjadi juru bicara Jokowi - yang ketika itu menjabat gubernur Jakarta - saat dia maju dalam pemilihan presiden pada pemilu 2014.

Jokowi di pemilu itu menang dari Prabowo, yang sekarang maju jadi capres untuk ketiga kalinya.

Setelah jadi presiden, Jokowi menunjuk Anies sebagai menteri pendidikan pada Oktober 2014. Tapi, masa jabatan Anies berlangsung singkat.

Kurang dari dua tahun menjabat, dia diganti pada Juli 2016 tanpa diketahui alasannya.

Sejak saat itu, tersebar rumor bahwa hubungan Anies dan Jokowi buruk, meski keduanya terlihat tampil bersama di berbagai kesempatan.

Para pengamat juga melabeli kampanye untuk perubahan Anies sebagai upaya menunjukkan Indonesia yang lebih baik, jauh dari yang ada saat ini di bawah kepemimpinan Jokowi. Selain itu, dengan cara ini Anies juga ingin mengimbangi mantan atasannya itu.

Oleh beberapa orang, Anies juga dipandang sebagai antitesis dari Jokowi.

Apa komentar Anies mengenai berbagai pendapat tersebut, CNA mencoba menanyakannya langsung kepada capres yang bukan merupakan anggota parpol ini. Anies sendiri menjadi capres setelah diusung oleh Partai Nasional Demokrat (Nasdem), parpol terbesar keempat di Indonesia.

Anies menggelengkan kepala seraya berkata tidak, menunjukkan bahwa dia tidak setuju dengan pendapat-pendapat itu. Dia tidak secara langsung menjawabnya, namun dengan memberikan penjelasan soal empat poin perubahan dan kembali menyinggung janji-janji kampanyenya.

Anies menyampaikan bahwa poin pertama adalah hal-hal yang harus ditingkatkan atau dilanjutkan.

Poin kedua adalah hal-hal yang harus dikoreksi.

Poin ketiga adalah hal yang harus dihentikan, dan keempat adalah hal-hal baru yang harus diimplementasikan.

Sukses mengikuti jejak Jokowi sebagai gubernur Jakarta, apakah kali ini Anies kembali mengikuti langkah Jokowi untuk jadi presiden Indonesia? Lantas, akan menjadi presiden seperti apa dia?

"(Menjadi presiden) yang menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan lainnya. Yang mengedepankan prinsip keadilan dalam pembuatan keputusan," kata dia kepada CNA.

"Presiden yang memegang teguh prinsip tata kelola pemerintahan yang baik agar masyarakat kembali mempercayai pemerintah dan prinsip-prinsip negara demokrasi."

Namun, bagaimana jika dia kalah, mengingat tingkat elektabilitasnya selalu terendah?

"Saat ini kami dalam proses mengemban mandat (rakyat). Mari kita jalani ini dulu sampai selesai," kata dia.

Baca artikel ini dalam bahasa Inggris di sini.

Source: CNA/da(ih)
Advertisement

Also worth reading

Advertisement