Skip to main content
Best News Website or Mobile Service
WAN-IFRA Digital Media Awards Worldwide 2022
Best News Website or Mobile Service
Digital Media Awards Worldwide 2022
Hamburger Menu
Advertisement
Advertisement

Indonesia

Analisis: Benarkah Ganjar dan Anies bersatu menyerang Prabowo? Ampuh atau malah jadi bumerang?

Berbagai lembaga survei menempatkan Menhan Prabowo Subianto sebagai capres paling populer dengan tingkat elektabilitas lebih dari 40 persen.

Analisis: Benarkah Ganjar dan Anies bersatu menyerang Prabowo? Ampuh atau malah jadi bumerang?
Debat capres Indonesia yang ketiga berfokus pada pertahanan, keamanan, hubungan internasional dan geopolitik. (Foto: CNA/Danang Wisanggeni)

JAKARTA: Calon presiden Indonesia Prabowo Subianto kembali menuai serangan dari kedua capres saingannya dalam debat yang disiarkan langsung di televisi beberapa waktu lalu. Kedua capres tersebut terlihat seakan bersatu menjatuhkan peluang Prabowo untuk menang.

Apakah serangan dari Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo itu akan berhasil mengikis popularitas Prabowo jelang pemilu 14 Februari mendatang, atau malah jadi bumerang untuk mereka? Para pengamat berbeda pendapat mengenai hal ini.

Dalam debat ketiga dari lima seri debat pada Minggu malam lalu (7 Jan), para capres diuji untuk topik pertahanan, keamanan, hubungan internasional dan geopolitik.

Itu adalah topik-topik yang akrab dengan Prabowo, 72, yang sudah menjabat menhan selama hampir lima tahun. Tapi tetap saja, hal itu tidak menghentikan kedua capres lainnya untuk mengkritisi kinerja Prabowo di kemhan, termasuk menudingnya salah dalam pengelolaan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista).

Prabowo terlihat jengkel, dan dalam konferensi pers usai debat dia mengatakan bahwa Anies dan Ganjar mengutip data yang tidak akurat.

"Saya sedikit kecewa dengan kualitas (debat), terutama narasi yang disampaikan oleh paslon-paslon yang lain. Menurut saya, pertama, data mereka banyak yang salah," kata Prabowo yang tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

"Kedua, masalah pertahanan ini mau dipakai sebagai bahan mencari poin politik yang menurut saya, untuk negarawan tidak boleh."

Ujang Komarudin, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, mengatakan Prabowo menjadi sasaran serangan karena dia unggul dalam survei.

"Serangan yang keras dan terus-menerus itu dilakukan karena Prabowo dianggap musuh bersama lantaran elektabilitasnya yang tinggi.

"Semua survei menempatkan Prabowo di posisi pertama dan jauh di atas elektabilitas Anies dan Ganjar. Karena itu, untuk menjatuhkan Prabowo, dia harus diserang dalam debat."

Misalnya pada Sabtu lalu, lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis jajak pendapat terbaru mereka. Dalam survei tersebut, tingkat elektabilitas Prabowo mencapai 46,9 persen.

Anies di posisi kedua dengan 23,2 persen, sementara Ganjar di posisi terakhir dengan 22,2 persen.

Namun, dalam survei harian Kompas setelah debat Minggu lalu menunjukkan bahwa 79,7 persen dari 210 responden di seluruh Indonesia mengaku puas dengan penampilan Ganjar.

Sementara ada total 71,4 persen responden puas dengan penampilan Anies, sementara Prabowo hanya 48,9 persen.

Prabowo Subianto, capres sekaligus menhan, mendapatkan serangan dari dua capres lainnya dalam debat. (Foto: CNA/Danang Wisanggeni)

BUKAN SERANGAN YANG PERTAMA

Dalam debat pertama 12 Desember lalu yang mengambil tema hukum, hak asasi manusia, pemberantasan korupsi, pemerintahan, peningkatan layanan publik, penguatan demokrasi, melawan disinformasi dan pengelolaan kerukunan masyarakat, Anies juga fokus mengkritisi Prabowo, sementara Ganjar tidak banyak menyerang.

Debat kedua diperuntukkan bagi calon wakil presiden - Muhaimin Iskandar yang mendampingi Anies; Gibran Rakabuming Raka yang mendampingi Prabowo; dan Mahfud MD, cawapres Ganjar.

Debat ketiga kembali diadakan untuk para capres. Anies dan Ganjar sama-sama mengincar strategi Prabowo sebagai menhan dalam pengadaan alutsista.

Prabowo, yang maju sebagai capres untuk ketiga kalinya, menuai serangan dari Anies yang mempertanyakan anggaran miliaran dolar untuk pengadaan alutsista, padahal banyak tentara Indonesia yang tidak memiliki rumah dinas.

Anies bahkan bertindak lebih jauh lagi, dengan menyoroti kekayaan pribadi Prabowo.

"Di saat tentara kita, lebih dari separuh, tidak memiliki rumah dinas. Sementara menterinya - menurut Pak Jokowi - punya lebih dari 340.000 hektare tanah," kata Anies, yang mengaku mengutip data itu dari pernyataan Presiden Joko Widodo dalam debat capres 2019, yang saat itu juga berhadapan dengan Prabowo.

Prabowo membantah klaim Anies tersebut, tapi hal itu tidak mampu membendung Anies yang terus menyerang Prabowo di aspek-aspek lainnya.

Dalam kepemimpinan Prabowo di kemhan, pemerintah memperkenalkan program lumbung pangan yang bertujuan untuk membangun perkebunan dan pertanian skala besar di beberapa wilayah Indonesia. Program yang berkoordinasi dengan kemhan ini bertujuan untuk menjaga ketahanan pangan di seluruh negeri.

Tanaman yang dibudidayakan dalam lumbung pangan itu adalah padi, singkong dan kentang, tergantung dari lokasi lahan pertaniannya.

Capres Anies Baswedan, mantan gubernur Jakarta. (Foto: CNA/Danang Wisanggeni)

Anies mengatakan bahwa lumbung pangan kemhan adalah proyek gagal karena singkong hampir tidak bisa tumbuh di ratusan hektare lahan yang disediakan untuk skema ini.

Sementara, Ganjar mencecar Prabowo soal anggaran kemhan. Dia mengatakan, anggaran tersebut seharusnya mencakup 2 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Anggaran Kemhan saat ini, kata Ganjar, hanya 0,7 persen dari PDB, sehingga menurut dia Prabowo seharusnya menaikkan anggaran untuk kesejahteraan tentara.

"Saya kira perencanaannya terlalu gegabah, dan keseriusan itu tidak dimunculkan sama sekali pada pengelolaan industri pertahanan dalam negeri," kata Ganjar. "Saya menjadi ragu (tentang bagaimana Prabowo mengelola anggaran pertahanan)."

Anies dan Ganjar juga sama-sama mengkritisi kebijakan Prabowo dalam beberapa tahun terakhir, di antaranya soal pembelian alutsista bekas yang dianggap pemborosan anggaran.

Prabowo mengatakan pembelian alutsista bekas bukan sebuah permasalahan. "Bukan soal bekas dan tidak bekas, tapi usia pakai, kemudaan."

Misalnya jet tempur, kata Prabowo, yang dihitung adalah jam terbangnya. Prabowo mengatakan jam terbang dari alutsista yang dibeli masih baik.

Pada satu sesi dalam debat, Anies dan Ganjar terlihat seakan bekerja sama dalam mengincar Prabowo.

Seperti pada saat Anies bertanya kepada Ganjar soal berapa skor yang akan dia berikan atas kinerja kemhan. 

Ganjar memberikan skor lima dari 10, yang menurut Anies masih terlalu bagus. 

"11, dari 100," kata Anies, yang disambut riuh tawa dari penonton debat.

PRABOWO JADI MUSUH BERSAMA

Kepada CNA, pengamat mengatakan bahwa serangan oleh Anies dan Ganjar masih akan terus berlanjut di debat capres terakhir pada 4 Februari mendatang.

"Saya kira pola ini (menyerang capres lainnya) akan tetap berulang untuk mengungkapkan kelemahan lawan sebagai bagian dari upaya mendapat dukungan publik, terutama para swing voters," kata Wasisto Raharjo Jati, pakar politik dari Badan Riset dan lnovasi Nasional (BRIN).

Sementara itu, pengamat politik Ray Rangkuti dari lembaga riset Lingkar Madani di Jakarta mengatakan bahwa Anies dan Ganjar hanya memanfaatkan fakta bahwa Prabowo saat ini menjabat sebagai menhan.  

"Karena selama ini Prabowo berargumen bahwa dia tidak perlu berbicara banyak (kepada publik dan media). Yang terpenting adalah kerja, kerja, kerja," kata Rangkuti.

"Tapi ketika dua capres lainnya bertanya soal apa kerjanya, dia sendiri tidak bisa menjelaskan."

Calon presiden Ganjar Pranowo, mantan gubernur Jawa Tengah. (Foto: CNA/Danang Wisanggeni)

Meski terlihat adanya pola penyerangan dari dua capres lainnya terhadap Prabowo, namun Wasisto dari BRIN meragukan efektivitas dari langkah tersebut.

"Saya kira ini tergantung dari persepsi publik. Karena pada dasarnya, serangan itu adalah bagian dari upaya menarik perhatian publik terhadap kapabilitas dan kemampuan penyelesaian masalah dari masing-masing capres," kata dia kepada CNA.

Ujang, pengamat dari Al Azhar Indonesia, mengatakan serangan terhadap Prabowo menjadikan tidak adanya pemenang dalam debat kemarin.

"Terkait serangan itu, tidak ada yang menang karena cara-cara tersebut tidak elegan. Cara yang elegan adalah cara yang halus, cara yang baik, cara yang menyenangkan untuk didengar dan dilihat masyarakat," kata dia, seraya menambahkan bahwa serangan terhadap Prabowo bisa jadi bumerang bagi Anies dan Ganjar.

Menurut Ujang, elektabilitas Ganjar dalam berbagai jajak pendapat selalu turun setiap kali dirinya dan partainya, PDI-P, mengkritik Prabowo.

Namun, Ray Rangkuti dari Lingkar Madani berpendapat Anies dan Ganjar harus terus melancarkan serangan terhadap Prabowo jika mereka ingin menang dan untuk menunjukkan sikap mereka.

"Untuk Anies, tidak ada cara lain karena dia punya sikap berbeda (dari Prabowo). Karena itu, dia harus menunjukkannya. Sebagai perbandingan, sikap Ganjar lebih pertengahan," kata dia.

Prabowo berkampanye untuk melanjutkan program Jokowi, sementara Anies menginginkan perubahan. Di sisi lain, Ganjar ingin melanjutkan program-program Jokowi yang menurut dia baik, sembari mengusung programnya sendiri.

Ray yakin Prabowo sebenarnya ingin sekali melancarkan serangan balasan dalam debat, tapi dia tidak punya bahan yang cukup karena kedua capres lainnya tidak pernah terlibat dalam urusan pertahanan.

Mengutip survei Kompas pasca debat, Prabowo mendapatkan angka terburuk. Ray mengatakan, serangan terhadap Prabowo tidak akan merusak reputasi Anies dan Ganjar.

"Debat pilpres bisa sangat berpengaruh, karena berdasarkan survei, hampir 30 persen pemilih potensial masih belum menentukan pilihan," imbuh dia.

Baca artikel ini dalam bahasa Inggris di sini.

Source: CNA/da(ih)
Advertisement

Also worth reading

Advertisement