Antara menabung dan self-reward: Bagaimana mengatur keuangan agar cita finansial tercapai?
Jika kamu seorang pekerja yang saat ini berada di usia produktif, kamu pasti mengemban lebih banyak tanggung jawab keuangan, sembari mulai berupaya memenuhi kebutuhan masa depan. Namun, semua aspek ini, bisa jadi membuatmu kewalahan.

This audio is generated by an AI tool.
TODAY: Setelah sepekan bekerja keras dengan penuh tekanan di kantor, saya sering kali memanjakan diri saya dengan berbagai aktivitas perawatan diri. Anggap saja, itu sebagai hadiah bagi diri sendiri karena telah berhasil bekerja dengan baik - begitu selalu pikiran saya.Â
Namun, berbagai aktivitas memanjakan diri itu ternyata tidak murah. Pijat bahu yang membuat badan rileks, makan makanan lezat di restoran mahal, dan memilih naik taksi di jam sibuk pada Jumat malam - semakin sering saya memanjakan diri, semakin terkuras uang di tabungan.Â
Di satu sisi, saya selalu berpikir, "Saya pantas mendapatkan self-reward ini". Namun, saat saya menikmati self-reward tersebut, tidak jarang juga terlintas pikiran, "Saya seharusnya lebih banyak menabung".Â
Apalagi jika teringat besarnya biaya hidup yang harus saya keluarkan: uang muka untuk menyicil apartemen tiga kamar, renovasi dan biaya pernikahan.Â
Pergulatan batin ini mau tidak mau membuat saya berpikir, apakah saya terlalu boros? Bagaimana caranya menyeimbangkan keuangan agar kita dapat memenuhi kebutuhan besar dalam hidup, tetapi tidak luput mengapresiasi diri?
STRES TERKAIT KEUANGAN SERING TERJADI
Jeanice Cheong, seorang psikolog klinis di Heartscape Psychology, mengatakan bahwa biaya hidup yang semakin tinggi dapat meningkatkan stres, utamanya terkait dengan kondisi finansial. Hal ini umum sekali terjadi di antara para pekerja di kota-kota besar, yang memiliki biaya hidup dan pengeluaran yang besar.Â
"Dengan meningkatnya penggunaan media sosial, meningkat pula tekanan yang kita rasakan untuk mengikuti cara atau norma belanja dan menabung tertentu," katanya.
"Hal ini semakin menambah tingkat stres terkait keuangan," ujarnya.Â
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika baru-baru ini muncul tren baru di antara kelas pekerja, yakni doom-spending, istilah yang merujuk pada pengeluaran uang dalam jumlah besar untuk hal-hal yang dapat membuat kita serta-merta senang, alih-alih menyisihkan uang untuk menabung.Â
Namun, pengeluaran yang implusif tersebut hanya akan memperburuk keadaan finansial.Â
TENTUKAN SELF-CARE VERSIMU, LALU TETAPKAN BUJET
Apakah artinya saya tidak bisa memanjakan diri, tidak boleh lagi melakukan self-care?Â
Tidak harus begitu. Dr Suendermann menawarkan satu cara untuk mengatasi perasaan bersalah yang sering menghampiri diri setelah kita mengeluarkan uang untuk self-care.Â
Menurut dr. Sudermann, kita harus memprioritaskan pengeluaran sesuai dengan nilai dan tujuan hidup kita.
Oleh sebab itu, kita perlu menentukan apa itu self-care yang kita maksud? Bagaimana cara kita memanjakan diri? Lalu, perlu juga kita mempertimbangkan, apakah kita lebih senang membelanjakan uang saat ini atau menabungnya untuk sesuatu yang memiliki nilai jangka panjang di masa depan?Â
"Memanjakan diri dengan perawatan diri seharusnya soal kualitas, bukan kuantitas," ujar Raymond Ong, CEO Etiqa Insurance Singapura.
"Akan lebih memuaskan jika sesekali kita memanjakan diri dengan sesuatu yang benar-benar bermakna, ketimbang sering melakukan namun dengan kegiatan yang kurang signifikan," imbuhnya.Â
Bagaimana caranya? Seluruh pakar keuangan dan kesehatan jiwa sepakat soal ini: tentukan bujet pengeluaran setiap bulan untuk kebutuhan self-care, dan jangan sampai membelanjakan lebih dari itu.Â
Clarence Cheong, direktur senior grup layanan keuangan di Infinity Financial Advisory, menyarankan kita harus membuat rencana keuangan dengan memastikan terlebih dahulu prioritas atau tujuan utama yang ingin dicapai, misalnya, membeli rumah atau membiayai sendiri pernikahan kita.
Setelah itu, barulah kita dapat menetapkan anggaran bulanan khusus untuk biaya perawatan diri. Dengan cara seperti ini, kita dapat mengeluarkan uang untuk self-care atau self-reward tanpa harus merasa bersalah dan boros.Â
"Memiliki bujet yang jelas membuatmu tidak cemas dan lebih memahami kondisi finansial," kata Cheong.Â
SELF-CARE TIDAK PERLU MAHAL
Menurut Ong dari Etiqa Insurance, kita harus menyadari bahwa memenuhi kebutuhan self-care tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam.
"Misalnya saja, kita bisa berjalan-jalan di alam, berlatih meditasi, atau menghabiskan waktu berkualitas dengan orang-orang tersayang. Itu bisa membuat kita kembali bersemangat tanpa mengeluarkan banyak uang," ujarnya.Â
Satu hal lain yang perlu kita perhatikan, menurut Cheong dari Heartscape Psychology, adalah kita harus punya ruang untuk memberikan toleransi kepada diri sendiri ketika kita mengeluarkan uang melebihi bujet yang ditentukan.Â
"Jika terjadi pengeluaran berlebih, sikapi lah dengan penuh kasih sayang untuk diri sendiri. Sikap ini dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang dibandingkan jika mengkritik diri sendiri," ujarnya menyarankan.Â
Artikel ini pertama kali muncul di TODAY.Â