Skip to main content
Best News Website or Mobile Service
WAN-IFRA Digital Media Awards Worldwide 2022
Best News Website or Mobile Service
Digital Media Awards Worldwide 2022
Hamburger Menu
Advertisement
Advertisement

Indonesia

Romansa di fiksi vs dunia nyata? Ini alasan perempuan ingin jatuh cinta seperti di film-film

Dari ciuman memukau di The Princess Diaries, hingga cerita cinta sempurna berakhir bahagia di Crash Landing On You. Semua perempuan pasti mendambakannya. Namun, bagaimana dampaknya terhadap hubungan dengan pasangan di dunia nyata?

Romansa di fiksi vs dunia nyata? Ini alasan perempuan ingin jatuh cinta seperti di film-film
Drakor Crash Landing On You, film rom-com Hollywood, dan bahkan animasi Disney dapat memengaruhi cara pandang perempuan terhadap cinta. (Photo: AFP/Handout)

Pernahkah kamu berharap memiliki kisah cinta seperti di film rom-com dan televisi? Beberapa teman saya mengharapkan hal tersebut, beberapa di antaranya bahkan jatuh cinta pada aktor Korea Selatan Hyun Bin, berkat serial drama Crash Landing On You. Padahal, mereka sebelumnya bukanlah penggemar drakor.  

Dan ketika mengetahui bahwa para pemeran utama drakor tersebut adalah pasangan di dunia nyata, mereka sangat sangat heboh. Hampir seluruh teman saya yang perempuan mengaku mereka berhadap mereka adalah Son Ye-jin yang bisa menemukan Kapten Ri Jeong-hyeok di dunia nyata.

Sebenarnya, tidak mengherankan jika perempuan mendambakan jalinan kisah cinta seperti yang mereka saksikan di film-film. Bagaimana tidak, sejak dari remaja, kisa disuguhkan kisah cinta penuh romansa melalui film-film animasi Disney, seperti Cinderella, Putri Tidur dan Putri Duyung Kecil. Dari kecil, kita diajarkan bahwa jatuh cinta akan membuat hidup kita "bahagia selamanya". 

Saya pun juga merasakannya. Dulu saat masih muda, saya selalu berharap pasangan saya berinisiatif memeluk saya dari belakang. Setelah kami menikah, ternyata butuh waktu bertahun-tahun untuk berkomunikasi satu sama lain dan mempelajari bahasa cinta kami masing-masing.

Hingga akhirnya, suami saya sekarang paham dan memberikan pelukan penuh cinta dari belakang. Ya, seperti di film-film drama Korea. 

Pertanyaannya, benarkah film-film rom-com, drakor dan bahkan Disney telah mengubah cara pandang perempuan terhadap cinta, romansa dan hubungan dengan pasangan?

Gerakan romantis seperti pelukan mesra dari belakang ala di film-film seperti ini ternyata memerlukan proses komunikasi dan berbicara dari hati ke hati. (Photo: iStock/Edwin Tan)

IMPIAN KISAH CINTA SEMPURNA

Dr. Geraldine Tan, direktur dan psikolog utama di The Therapy Room, mengatakan bahwa meskipun banyak perempuan menyadari bahwa kisah cinta di dunia nyata tidaklah seindah di film-film, namun banyak kliennya tetap berharap kehidupan di dunia nyata seharusnya bisa seperti yang mereka saksikan dalam drama.

Hal ini karena drama di TV dan film sering kali terlihat begitu realistis sehingga harapan kisah fiksi itu hadir di dunia nyata menjadi begitu besar. 

Padahal, "kisah cinta yang digambarkan dengan indah di TV selalu dilengkapi dengan lokasi, pemandangan, cuaca dan musik yang sempurna," kata dr. Annabelle Chow, psikolog klinis di Annabelle Psychology. 

Apa yang kita lihat di layar kaca adalah "jalinan romansa yang dipadatkan, dengan karakter yang bisa memenuhi semua keinginan dan fantasi kita", ujarnya. 

"Kita diperlihatkan dengan begitu banyak pilihan karakter pasangan dan jalinan hubungan cinta di sana," imbuhnya. 

Hal ini menciptakan sebuah faktor psikologis yang dikenal dengan "prinsip kelangkaan", kata dr. Chow. Memiliki banyak kebutuhan dan keinginan, kita paham betul bahwa akan jarang sekali ada pasangan yang dapat memenuhi seluruhnya, dan itu lah yang menjadi daya tarik tersendiri.

"Kita mendambakan romansa semacam itu karena kita tahu tidak mungkin kita menemukan pasangan yang begitu 'sempurna'," kata dr. Chow.

Drama di TV dan film sering kali terlihat begitu realistis sehingga harapan kisah fiksi itu hadir di dunia nyata menjadi begitu besar.

CINTA DI FIKSI DAN DUNIA NYATA SUNGGUH BERBEDA

Terkait hal ini, dr. Chow mengingatkan bahwa "hubungan yang terjalin di dunia nyata terdiri dari banyak momen dan pengalaman, terkadang besar, namun sering kali sederhana saja".

Sementara kisah cinta di film-film tentu diisi dengan berbagai momen yang menyayat hati, menggairahkan, seru, dan intens. Tentu saja cerita di film memang dimaksudkan seperti itu untuk menarik perhatian penonton.

Selain itu, menjadi tidak realistis ketika kita tetap berharap bahwa perasaan penuh cinta di awal hubungan akan terus membara dan tidak pernah pudah seiring berjalannya waktu dan berkembangnya hubungan.

Di dunia nyata, hubungan cinta yang matang akan menimbulkan perasaan kasih sayang, pengertian, dan persahabatan yang mungkin tidak menggebu-gebut, namun lebih mendalam, kata dr. Chow.

Harapan yang tidak realistis lainnya adalah bahwa perasaan cinta akan dapat menaklukkan segala rintangan. Pada kenyataannya, cinta hanyalah salah satu komponen dalam sebuah hubungan, kata dr. Tan.

"Sebuah hubungan membutuhkan upaya yang besar dari kedua belah pihak untuk berhasil," imbuhnya.

Sehingga, jika kita seharusnya tidak memiliki ekspektasi yang tinggi seperti di film-film terhadap hubungan yang sedang kita jalani.

Pasalnya, menurut dr. Chow, ekspektasi yang tinggi hanya akan menimbulkan kekecewaan ketika hubungan di dunia nyata tidak sesuai dengan fantasi di dunia maya. 

Atau yang lebih buruk lagi, hal itu dapat membuat kita mempertanyakan kualitas hubungan dan memberikan tekanan pada diri mereka sendiri dan pasangan.

"Para perempuan mungkin tidak menyadari bahwa pasangan mereka tidak menonton film-film drama yang sama. Hidup tidak berlangsung selama 16 episode," kata dr. Tan. 

"Jika tidak belajar meningkatkan kualitas hubungan di dunia nyata dan hanya berharap semanis di film-film, hubungan akan terus memburuk."

Apa yang kita lihat di layar kaya adalah romansa yang sangat manis, diperankan oleh karakter yang dapat mewujudkan semua keinginan fantasi kita. (Photo: iStock/Tirachard)

FANTASI DAN KENYATAAN YANG SEIMBANG

Mendambakan hubungan yang istimewa dan ingin merasa dicintai adalah hal yang normal yang kita harapkan dari pasangan, menurut dr. Chow. Kita pasti ingin memastikan bahwa pasangan kita mencintai dan rela melakukan hal-hal yang membuat kita bahagia. 

Terkait hal ini, dr. Chow menyarankan para perempuan untuk mengekspresikan kebutuhan dan keinginan mereka secara terbuka dan jujur kepada pasangannya. 

"Mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif dan menetapkan ekspektasi yang realistis dapat membantu menciptakan fondasi yang kuat untuk hubungan yang sehat dan memuaskan," katanya.

Pada akhirnya, dr. Tan mengingatkan bahwa memiliki hubungan yang membuat kita dapat mengenal pasangan seharusnya lebih penting daripada ingin mengubah mereka menjadi karakter favorit di film.

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris di sini.

Source: CNA/ps(ih)
Advertisement

Also worth reading

Advertisement