Skip to main content
Best News Website or Mobile Service
WAN-IFRA Digital Media Awards Worldwide 2022
Best News Website or Mobile Service
Digital Media Awards Worldwide 2022
Hamburger Menu
Advertisement
Advertisement

Indonesia

Pengamat: Ganjar Pranowo harus bisa melangkah ke kancah internasional jika terpilih sebagai presiden RI

Menurut para pengamat, Ganjar harus turut andil lebih jauh dalam isu perubahan iklim dan hubungan internasional jika nantinya terpilih sebagai presiden Indonesia.

Pengamat: Ganjar Pranowo harus bisa melangkah ke kancah internasional jika terpilih sebagai presiden RI
Bakal calon presiden Indonesia Ganjar Pranowo (kedua dari kanan) dalam rapat kerja nasional PDIP di Jakarta pada 6 Juni 2023. (Foto: CNA/Danang Wisanggeni)

JAKARTA: Bakal calon presiden Indonesia Ganjar Pranowo mengakhiri 10 tahun masa jabatannya sebagai gubernur Jawa Tengah pada Selasa lalu (5 Sep). Para pengamat memiliki pandangan beragam mengenai kepemimpinan Ganjar selama menjabat gubernur, dan mengatakan bahwa dia harus meningkatkan kemampuan dirinya jika ingin menjadi pemimpin negeri ini.

Ganjar, 54, telah menjabat gubernur selama dua periode di Jawa Tengah, salah satu provinsi terpadat di Indonesia dengan populasi mencapai 35 juta orang.

Setelah satu dekade menjadi sosok paling berpengaruh di Jawa Tengah, Ganjar akan maju menjadi calon presiden ketika Komisi Pemilu Umum membuka pendaftaran capres pada Oktober mendatang. Rencananya pemilu presiden dan anggota legislatif di Indonesia akan digelar pada 14 Februari tahun depan.

Partai tempat Ganjar bernaung, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), sejak April lalu telah mendeklarasikan bahwa dia akan menjadi calon presiden mereka.

Namun para pengamat yang diwawancara CNA berbeda pendapat soal kepemimpinan Ganjar di Jawa Tengah, yang menggambarkan bagaimana dia akan memimpin Indonesia jika terpilih sebagai kepala negara nantinya.

"Tidak mudah menilai kinerja pemimpin daerah," kata Wawan Mas'udi, dosen ilmu sosial dan politik di Yogyakarta. 

"Gubernur adalah jabatan khusus karena dia harus berada di tengah-tengah. Dia harus menjembatani permintaan dan kebutuhan pemerintah pusat dan bupati serta walikota," lanjut dia lagi.

Ah Maftuchan, pakar kebijakan publik yang berbasis di Jakarta, menilai Ganjar telah melalui masa kepemimpinannya dengan baik. Sementara dosen ilmu sosial dan politik dari Semarang, Nur Hidayat Sardini, mengatakan kinerja Ganjar sebagai gubernur buruk. 

Namun semua pengamat mengakui bahwa Ganjar memiliki gaya komunikasi yang terbuka dan mudah didekati oleh masyarakat.

Tapi menurut mereka, kepiawaian itu tidak akan cukup untuk memimpin Indonesia dengan 270 juta penduduknya, sebuah negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara.

GAYA KEPEMIMPINAN GANJAR

Gaya kepemimpinan Ganjar adalah berinteraksi langsung dengan masyarakat, kata Wawan Mas'udi yang kini menjabat dekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada.

"Dia mampu berbicara secara langsung dengan masyarakat dan coba menunjukkan kepada mereka bahwa tindakan itu bukanlah birokrasi.

"Dia juga mencoba membuka komunikasi antara para bupati dan walikota. Hampir tidak ada konflik antara gubernur, bupati dan walikota selama masa kepemimpinannya, jika dibandingkan dengan pendahulunya Bibit Waluyo," kata dia.

Wawan merujuk pada perselisihan pada 2011 antara gubernur Jawa Tengah kala itu, Bibit Waluyo, dengan walikota Solo Joko Widodo — yang sekarang presiden — terkait pembangunan mal di Solo.

Bibit yang bersikeras membangun mal di Solo mendapatkan penentangan dari Jokowi dan sebagian besar masyarakat Solo. Penentangan ini membuat Bibit menyebut Jokowi bodoh.

"Sebelumnya, ada banyak ketegangan antara pemimpin provinsi, bupati dan walikota," ujar Wawan.

"Tapi sekarang hubungannya sudah baik, dan hubungan dengan pemerintah pusat juga seperti itu."

"Ganjar mampu berkomunikasi secara produktif sehingga banyak program nasional yang sukses diterapkan di Jawa Tengah."

Sebagai orang yang lahir di Jawa Tengah, Maftuchan, direktur eksekutif lembaga advokasi kebijakan publik Prakarsa, juga berpendapat senada.

"Ganjar telah menetapkan standar tentang bagaimana seharusnya pemerintah berkomunikasi dengan masyarakat," kata dia.

Ganjar Pranowo membaca teks "Dedication of Life" yang ditulis presiden pertama Indonesia, Soekarno, dalam sebuah acara untuk mengenangnya di Jakarta pada 26 Juni 2023. (Foto: CNA/Danang Wisanggeni)

TIDAK ADA TEROBOSAN

Nur Hidayat Sardini, pengamat dari Universitas Diponegoro di Jawa Tengah, mengaku tidak terkesan dengan Ganjar. 

"Saya kira dia sangat menonjol di media sosial seperti TikTok dan Youtube, di mana dia memiliki banyak subscriber," kata Hidayat.

Namun, Hidayat berpendapat bahwa tidak ada perubahan yang signifikan selama kepemimpinan Ganjar.  

"Belum ada terobosan yang signifikan. Dia tidak punya pencapaian ... selain kehadirannya di media sosial, yang semua orang tahu itu," imbuh Hidayat.

Bagian utara Jawa Tengah, yang mengalami penurunan permukaan tanah dan langganan banjir, sampai sekarang masih sering tergenang air.

Pemerintahan Ganjar telah mencoba mengatasi masalah ini dengan membangun tanggul, tapi kondisinya masih juga belum membaik.

"Tanggulnya tidak berdampak apapun. Misalnya di tempat tinggal saya, Pekalongan, tanggul ini tidak berhasil," kata Hidayat.

"Ada banyak industri yang menyebabkan penurunan permukaan tanah, dan perubahan iklim juga berperan, tapi dampaknya seharusnya bisa dikurangi."

Hidayat juga mencontohkan beberapa kasus yang belum terselesaikan, seperti kontroversi tambang andesit di Wadas dan operasional pabrik semen milik PT Semen Indonesia di Rembang.

Tambang andesit di Wadas adalah proyek nasional yang menuai kontroversi sejak 2019. Batuan andesit itu digunakan untuk pembangunan bendungan yang terletak 12km dari lokasi tambang.

Beberapa warga menolak keberadaan tambang yang mereka anggap telah menghancurkan alam, sementara warga lainnya mempertanyakan apakah pertambangan tersebut telah berizin. Muncul juga perlawanan dari warga yang rumahnya harus digusur akibat adanya pertambangan tersebut.

Seperti halnya tambang andesit Wadas, keberadaan PT Semen Indonesia di Rembang juga kontroversial.

Sebagian warga menganggap pembangunan pabrik semen akan merusak lingkungan dan mengancam ketahanan pangan dan pasokan air mereka, terutama karena banyak terdapat persawahan di sekitarnya.

Warga yang menolak sebagian besar adalah para petani. Mereka sebelumnya juga telah melancarkan protes di depan istana presiden di Jakarta.

Maftuchan menilai kinerja Ganjar dengan melihat upaya pemberantasan kemiskinan di periode kepemimpinannya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ketika Ganjar mulai memimpin pada 2013, tingkat kemiskinan di Jawa Tengah sekitar 14,5 persen. Saat ini, angkanya sekitar 10,7 persen.

"Apakah ini bisa disebut pencapaian, mengingat hal ini terjadi dalam kurun waktu 10 tahun? Saya katakan biasa-biasa saja, karena pemberantasan kemiskinan yang ekstrem tidak mudah dan butuh strategi khusus," kata Maftuchan.

Maftuchan mengatakan bahwa apa yang dilakukan di provinsi Jawa Tengah untuk mengatasi kemiskinan sejalan dengan program pemerintah pusat. Tidak ada strategi spesifik yang telah dilakukan pemerintah provinsi.

Lembaganya telah melakukan studi mengenai kemiskinan multidimensi di Indonesia dari 2012 hingga 2021.

Pada tahun 2013, kemiskinan multidimensi di Jawa Tengah mencapai hampir 39 persen, yang mencakup berbagai macam faktor seperti tingkat kesehatan, pendidikan dan standar hidup. Pada 2021, angkanya turun hingga menjadi kurang dari 8 persen.

"Ini adalah penurunan yang signifikan," kata dia.

TANTANGAN REGIONAL

Wawan Mas'udi dari UGM mengatakan bahwa inilah alasan mengapa Jawa Tengah mendapatkan banyak penghargaan, terutama dari pemerintah pusat.

Di antara inovasi-inovasi yang dilakukan Jawa Tengah salah satunya adalah mengembangkan layanan kesehatan dengan mendigitalisasi rumah sakit umum daerah agar pasien dapat langsung berkonsultasi dengan dokter sehingga menghemat waktu.

Wawan juga menyoroti keberhasilan Ganjar dalam pembangunan infrastruktur, termasuk membentuk zona-zona perekonomian baru.

Kendati demikian, Wawan juga mencatat bahwa pertambangan di Wadas dan operasional pabrik Semen di Rembang adalah masalah-masalah yang belum terselesaikan dalam rapor Ganjar.

"Tapi akan selalu ada protes di sekitar area pembangunan.

"Ini masalah bagaimana mengkomunikasikannya (dengan warga yang menolak) dan menyelesaikannya. Itu kuncinya," kata dia.

Wawan juga menyadari bahwa Ganjar menunjukkan kurangnya inisiatif dalam mengatasi tenggelamnya permukaan tanah di bagian utara Jawa Tengah, termasuk mengatasi dampak perubahan iklim.

Menurut Wawan, jika Ganjar menjadi presiden Indonesia berikutnya, maka perubahan iklim akan menjadi masalah besar yang harus dia tangani.

Terkait permasalahan dalam negeri seperti infrastruktur dan kemiskinan, menurut Wawan, Ganjar akan bisa mengatasinya karena situasinya sama seperti yang pernah dia tangani sebelumnya di Jawa Tengah, kendati skalanya memang lebih kecil. 

Untuk saat ini sudah ada tiga bakal calon presiden Indonesia. Dua lainnya adalah mantan gubernur Jakarta Anies Baswedan, 54, dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, 71.

Ganjar dan Prabowo seringkali unggul dalam berbagai survei, sementara Anies selalu berada di posisi ketiga.

Wawan menilai, jika dibandingkan kedua bakal capres lainnya, Ganjar kurang menunjukkan ketertarikan dan peranan dalam kancah internasional.

"Ada tantangan perubahan iklim, yang itu merupakan tantangan regional dan global, ada juga disrupsi global, hubungan internasional yang perlu dijalin," kata Wawan.

"Melihat rekam jejaknya di Jawa Tengah, ini (hubungan internasional) adalah ranah di mana dia tidak punya banyak pengalaman. Kompetensinya pada politik internasional, politik regional, dan hubungan bilateral akan diuji, dan ini akan menjadi tantangan utamanya."

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris.

Baca juga artikel Bahasa Indonesia yang mengulas analisa pengamat mengenai pidato kenegaraan Presiden Jokowi.

Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.

Source: CNA/da(ih)
Advertisement

Also worth reading

Advertisement