Skip to main content
Best News Website or Mobile Service
WAN-IFRA Digital Media Awards Worldwide 2022
Best News Website or Mobile Service
Digital Media Awards Worldwide 2022
Hamburger Menu
Advertisement
Advertisement

Indonesia

Ini alasan kamu seharusnya tidak melamar lowongan kerja secara membabi buta

Ini alasan kamu seharusnya tidak melamar lowongan kerja secara membabi buta
Strategi mengirim lamaran kerja secara membabi buta bukanlah hal baru, namun tampaknya semakin populer. (Illustration: AdobeStock)

TODAY: Pada 11 Januari 2024, mahasiswa Amerika bernama Oliver Wu mengunggah sebuah video di TikTok yang menunjukkan bagaimana ia melamar lebih dari 500 lowongan pekerjaan namun hanya menerima tiga tawaran.

Videonya pun viral, ditonton hampir tiga juta kali pada 22 Januari 2024, namun mendapat berbagai respon dari para pengguna media sosial: sebagian netizen kagum dengan tekadnya, sementara sebagian lain mencemooh strateginya dalam melamar kerja secara membabi-buta, atau yang dikenal juga dengan istilah "rage applying".

Melamar kerja secara membabi buta adalah strategi para pencari kerja yang mengirimkan lamaran kerja secara masif tanpa mempertimbangkan, atau bahkan menyebutkan, posisi ataupun perusahaan yang dilamar. Alhasil, lamaran yang dikirimkan para pencari kita bisa dengan cepat mencapai puluhan dan bahkan ratusan dalam waktu singkat.

Strategi pencarian kerja semacam ini bukanlah hal baru, namun tampaknya semakin populer. Portal lowongan kerja Indeed.com mengungkapkan bahwa 14 persen pekerja di Singapura diperkirakan akan melakukan strategi melamar kerja semacam itu pada tahun ini. Angka ini merupakan peningkatan dua kali lipat dari 7 persen pekerja pada tahun 2023.

Padahal, strategi ini lebih sering berujung pada kegagalan. Jangankan mendapat tawaran pekerjaan, perekrut bahkan enggan memberi kesempatan wawancara kepada pencari kerja yang melakukan strategi ini. Namun, mengapa strategi ini semakin populer?

SANGAT MUDAH

Kini semakin banyak portal lowongan kerja yang menyediakan tombol  "sekali klik untuk melamar" untuk posisi kerja yang diiklankan. Para pencari kerja pun dengan mudah mengklik tombol tersebut untuk mencoba peruntungan. Selanjutnya, hanya perlu beberapa detik untuk mengunggah CV dan dokumen lainnya. Dalam waktu singkat, lamaran pekerjaan pun siap dikirimkan ke perekrut. 

Namun, kemudahan semacam itu membuat para pencari kerja tidak perlu repot-repot membaca deskripsi pekerjaan secara lengkap. Hanya perlu membaca judul lowongan, dan mereka pikir mereka bisa melakukan pekerjaan tersebut. Lamaran pun siap dikirimkan. 

Sejumlah manajer bagian SDM mengaku mereka menerima banyak sekali lamaran kerja dari para pelamar yang bahkan sama sekali tidak memahami posisi yang akan mereka lamar. Hal ini sungguh merepotkan.

Kini semakin banyak portal lowongan kerja yang menyediakan tombol "sekali klik untuk melamar" untuk posisi kerja yang diiklankan. (Illustration: Rafa Estrada)

MERUGIKAN PENCARI KERJA

Banyak orang yang berpendapat bahwa semakin banyak lamaran yang kita kirimkan maka peluang lamaran tersebut akan semakin besar. Namun, apakah anggapan itu masih berlaku jika lamaran yang dikirimkan tidak sesuai dengan posisi yang dicari?

Sebagai mantan perekrut, saya biasa menerima setidaknya 50 resume yang tidak sesuai dengan posisi. Sebagian besar dokumen itu langsung dibuang ke tempat sampah. 

Para perekrut juga memiliki daftar hitam (blacklist) kepada para pelamar yang selalu mengirimkan lamaran untuk posisi yang tidak relevan dengan kemampuan dan latar belakangnya. 

Sementara dari sisi para pencari kerja, saya pernah bertemu dengan mereka yang hampir putus asa setelah berbulan-bulan mengirimikan lamaran untuk pekerjaan yang tidak sesuai tanpa hasil apa pun. Mereka mulai meragukan harga diri mereka sendiri. "Saya sudah melamar ke 300 pekerjaan dan tidak mendapatkan satu pun balasan," pikir mereka. "Pasti ada yang salah dengan diri saya."

Bahkan, ada pencari kerja yang akhirnya mendapat pekerjaan tetapi dilakukan penuh dengan kekecewaan karena tidak sesuai dengan kemampuan mereka, atau dengan remunerasi yang lebih rendah dari yang mereka inginkan. 

Contohnya saja, seorang manajer rantai pasokan yang saya kenal begitu frustrasi karena tidak juga mendapat pekerjaan, sehingga akhirnya harus puas menerima posisi sebagai petugas penjaga keamanan di pabrik petrokimia.

Strategi melamar kerjaan dengan membabi buta tidak jarang menghasilkan rasa frustasi dan depresi bagi pelamar, yang kemudian akan menyalahkan ekonomi, pemerintah, pekerja asing, dan bahkan nasib yang buruk. Hal ini sengat tidak produktif, karena membuat mereka semakin tidak siap dalam mencari kerja atau bahkan menyerah sama sekali. 

APA YANG HARUS DILAKUKAN?

Lamar lah pekerjaan sesuai kemampuan dan latar belakang kita untuk posisi yang serupa dengan yang pernah atau sedang kita jalani saat ini. Hal ini akan memudahkan perekrut melihat relevansi antara kualifikasi kita dengan posisi yang dibutuhkan. 

Selain itu, jangan pernah sungkan untuk bertanya soal peluang atau lowongan pekerjaan kepada rekan dan kerabat dekat. Kamu bahkan bisa menanyakan hal tersebut kepada jaringan yang lebih besar lagi seperti mantan atasan, vendor atau klien. Bagi kamu yang baru lulus, jangan segan bertanya kepada alumni dan komunitas. 

Meskipun proses pencarian kerja kini semakin mudah, tetapi mengirim lamaran secara membabi buta bukanlah jalan yang efektif untuk mendapat pekerjaan. Sebaliknya, gunakan strategi yang bijaksana sehingga tidak merugikan kamu dan memberikan dampak emosional yang buruk. 

Artikel ini pertama kali muncul dalam TODAY dan ditulis oleh Adrian Choo, CEO dan pendiri Career Agility International, sebuah perusahaan konsultan strategi karier. Beliau adalah seorang penulis, pembicara, serta mentor karier untuk kalangan eksekutif. 

Source: TODAY/ps(ih)
Advertisement

Also worth reading

Advertisement