Program diversi dan rehabilitasi berhasil luruskan jalan para remaja pelaku tindak kejahatan

SINGAPURA: "Ryan" tidak tahu caranya pulang ke rumah pada suatu hari di tahun 2020, lalu dia mencuri sebuah sepeda yang tidak terkunci.
Beberapa hari kemudian, pemuda 19 tahun ini ditangkap polisi. Dia diberikan peringatan bersyarat dan ditempatkan pada program bimbingan agar kasusnya tidak dibawa ke pengadilan.
Selama enam bulan, para pekerja sosial membimbing Ryan untuk belajar mengenai tanggung jawab atas tindakan dan emosinya.Â
Berbicara kepada CNA dengan nama samaran untuk menghindari pembalasan atas tindakannya, Ryan mengatakan program tersebut telah memperkenalkannya kepada orang-orang yang memandangnya dengan cara yang lebih baik.Â
"Ketika saya tiba di sini, rasanya seperti ada orang-orang yang mendukung saya. Karena sebelumnya, saya merasa banyak orang yang melihat saya dengan tatapan berbeda. Mereka menganggap saya anak nakal," kata Ryan kepada CNA.
"Saat saya mengikuti program bimbingan ini, di saat itulah saya menyadari bahwa ada orang-orang yang melihat saya lebih baik."
Ryan mengatakan, pekerja sosial yang bertugas mendampinginya telah membantunya mengatasi pemikiran-pemikiran negatif.
"Dia bilang, jika saya punya pikiran negatif, maka harus dilawan balik dengan pikiran positif ... saya harus mampu mengalahkan pikiran saya sendiri," kata dia.
REHABILITASI REMAJA
Sudah banyak remaja pelaku kejahatan seperti Ryan yang tetap bersih dari tindak kriminal berkat program rehabilitasi yang bertujuan agar mereka dapat diterima masyarakat ini.
Pada 2022, sebanyak 94 persen remaja peserta bimbingan telah menyelesaikan program ini - yaitu sebuah program diversi di bawah pengawasan Kementerian Sosial dan Pengembangan Keluarga Singapura (MSF) yang bertujuan merehabilitasi remaja pelaku kejahatan. Ini adalah tingkat penyelesaian program tertinggi sejak 2018, ketika para penyedia layanan terpadu diikutsertakan untuk membantu para remaja pelaku kejahatan atau mereka yang berisiko melakukannya.
Dari remaja yang menyelesaikan program ini pada 2018, 94 persennya masih tidak terlibat tindak kejahatan setelah tiga tahun berselang.
MSF mengatakan, angka ini naik dari rata-rata 92,4 persen dari tiga angkatan sebelumnya.
Setiap penyedia layanan menjalankan beberapa tugas untuk mendampingi remaja bermasalah yang tinggal di wilayah mereka.
MENJALIN HUBUNGAN
Sarita Pillai, pendamping dari penyedia layanan terintegrasi Care Corner Youth Services, mengatakan bahwa program diversi diperuntukkan bagi para remaja yang melakukan kejahatan ringan seperti pencurian, perkelahian atau menerobos masuk tanpa izin.
Meski ada banyak hal yang bisa diajarkan kepada para remaja tersebut soal cara menjalani kehidupan, seperti harus bertanggung jawab atas hal-hal yang dilakukan atau cara mengatasi konflik, namun menurut Pillai yang benar-benar bisa mengubah mereka adalah dengan cara menjalin hubungan.
"Ketika mereka (pertama mendatangi kami), mereka lebih membentengi diri. Mereka sulit menaruh kepercayaan. Jadi kami membangun landasan kepercayaan itu dengan terus mengkomunikasikan bahwa kami tidak melihat mereka berdasarkan tindakan yang telah mereka lakukan," kata dia. Â Â Â
"Kami peduli kepada mereka. Kami ingin mendukung mereka melalui program ini. Kami melakukannya pertama dengan cara menjalin hubungan dengan mereka dan juga coba memahami alasan di balik kejahatan yang mereka lakukan atau di balik perilaku mereka," lanjut dia.

Namun, menjadi pembimbing bukannya tanpa tantangan, kata Pillai. Dia mengatakan, beberapa peserta program sulit mematuhi kewajiban jam malam karena takut gaya hidupnya berubah atau kehilangan teman.
Mereka juga kesulitan dalam mengendalikan emosi.
"Topik-topik yang kami bicarakan mungkin membuat para remaja ini mengeluarkan emosi negatif ... mereka menutup diri karena sulit untuk memikirkan (mengenai situasi-situasi sulit), terlalu sensitif bagi mereka. Dan ketika mereka menutup diri, mereka tidak akan datang menghadiri sesi atau berusaha tidak berbicara dalam sesi," kata dia.
MEMBIMBING LEBIH BANYAK LAGI REMAJA BERMASALAH
MSF memang akan menjajaki lagi beberapa kategori remaja pelaku tindak kejahatan agar ada lebih banyak lagi yang mendapat manfaat dari program ini. Namun menurut Ryan, program ini hanya akan berguna jika remaja pesertanya mengikutinya dengan bahagia.
"Para remaja, mereka juga harus berusaha (untuk mengikutinya). Karena saya berusaha untuk itu, maka saya merasa bahwa program ini menyenangkan," kata dia.
Ryan mengaku menyukai program tersebut karena telah memberikannya ruang untuk meluapkan apa yang membebani pikirannya.
"Saya merasa, apapun yang ada di pikiran saya, bisa saya ceritakan kepada pekerja sosial (yang mendampingi) karena saya memercayai mereka," kata dia.
Baca:
Calon sarjana teknik kedirgantaraan ini juga tengah fokus menyelesaikan kuliahnya dan memperbaiki hubungan dengan keluarganya.
"Dulu dia sangat nakal, tidak pernah mau mendengarkan. Lalu dia mengikuti program ini, (dia menjadi) sangat senang, saya juga senang, dia akan mendengarkan apapun yang saya katakan," kata ibunya, yang menolak disebut namanya, kepada CNA.
Pillai mengatakan dukungan dari keluarga, sekolah dan masyarakat dapat berdampak besar bagi para remaja ini dalam mengatasi masalah mereka. Dukungan tersebut juga membantu mereka untuk tetap berada di jalan yang lurus setelah program rehabilitasi selesai, ujar dia.
Perjalanan para remaja untuk menuju perubahan memang membutuhkan waktu, kata dia, sehingga keluarga harus bersabar.
"Ketika kesalahan dibuat, daripada terburu-buru memberikan hukuman, keluarga harus mengambil jeda untuk memahami mengapa mereka melakukan itu dan membantu mereka memproses konsekuensi dari tindakan tersebut," kata dia.
Baca artikel ini dalam bahasa Inggris di sini.