Isu teori konspirasi membuat pelepasan nyamuk Wolbachia di Bali tertunda, tapi ahli melihat ada "berkah" di baliknya
Beredar kabar bohong tentang nyamuk Wolbachia yang menularkan penyakit Japanese encephalitis dan "gen LGBT", serta menjadi bagian dari "rencana depopulasi" oleh Bill Gates.

JAKARTA/SINGAPORE: Jika para peneliti dan pemerintah tidak dihalangi, mungkin jutaan nyamuk yang telah dimasukkan bakteri alami sudah beterbangan di Bali, membantu memberantas penyebaran demam berdarah dengue (DBD) di musim penghujan ini.
Awal tahun ini, World Mosquito Programme dan mitra-mitra mereka telah berkeliling Denpasar dan Buleleng, dua lokasi di Bali yang rencananya akan dilepaskan nyamuk-nyamuk pembawa bakteri Wolbachia.
Menurut situs World Mosquito Programme, lebih dari 10.000 rumah tangga setuju untuk menyimpan wadah nyamuk Wolbachia untuk dilepaskan di lahan mereka, dan hampir 500 pekerja medis telah mempublikasikan proyek ini kepada masyarakat.
Tapi aksi protes dan kabar-kabar bohong mengganggu rencana tersebut.
Di media sosial, kebohongan yang disebarkan menyebut nyamuk Wolbachia bisa menularkan Japanese encephalitis (virus yang ditularkan oleh nyamuk yang bisa menyebabkan sakit parah) dan "gen LGBT", serta merupakan bagian dari "rencana depopulasi" Bill Gates, pendiri Microsoft dan seorang filantropis.
Berbagai aksi protes ini menyebabkan program yang seharusnya dimulai bulan ini menjadi ditunda.
Namun program serupa masih akan dijalankan di tempat-tempat lainnya di Indonesia - yang dipilih karena memiliki tingkat DBD yang tinggi - kata pejabat di Kementerian Kesehatan kepada CNA.
"Di Bandung dan Jakarta tetap akan jalan, kami akan mulai dengan sosialisasi kepada masyarakat karena mereka tidak mendapatkan informasi yang benar," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, merujuk beberapa kota yang akan jadi sasaran program Wolbachia tahun depan.
"Di Bontang, Kupang, Semarang, semua masih akan dilanjutkan tidak ada penundaan," kata dia lagi, menyebutkan tiga kota yang akan memulai program Wolbachia tahun ini.
Pelepasan Wolbachia di Bali saat ini direncanakan akan dilakukan tahun depan, kata World Mosquito Programme, lembaga yang didanai oleh Bill & Melinda Gates Foundation.

"PENOLAKAN ITU ATAS NAMA SIAPA?"
Siti mempertanyakan siapa orang di balik penyebaran berita-berita bohong itu: "Penolakan-penolakan yang ada itu atas nama siapa? Mewakili masyarakat yang mana? Pemerintah daerahnya tidak memberi penolakan."
Dia mengatakan, pelepasan nyamuk Wolbachia "bukan suatu hal yang luar biasa".
"Ini sama saja jika kita, misalnya, melakukan intervensi (terhadap penyakit) dengan memberikan obat tertentu dalam sebuah program pemerintah," kata Siti menambahkan.
"Pemerintah sudah melakukan kajian yang melibatkan para ahli, tidak asal-asalan" melakukan program Wolbachia ini, ujar Siti lagi.
Metode Wolbachia telah diteliti di Yogyakarta sejak 2011, dan pelepasannya dimulai pada 2014. Program ini berakhir tahun lalu dengan penurunan 77 persen kasus DBD, angka rawat inap akibat DBD turun 86 persen dan tidak ada kematian akibat penyakit tersebut.
Lebih dari 1.700 kasus DBD di Yogyakarta pada 2016, jumlahnya menurun menjadi hanya 67 pada tahun ini hingga pertengahan November, kata dr. Lana Unwanah, kepala bidang pengendalian dan pencegahan penyakit di Dinas Kesehatan Yogyakarta.
Penurunan tersebut berkat program Wolbachia dan berbagai metode pemberantasan nyamuk lainnya, tutur Lana dalam sebuah acara di Universitas Gadjah Mada (UGM).
FAKTA TENTANG DBD DAN WOLBACHIA
- DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan telah digolongkan sebagai "penyakit menular akibat nyamuk paling menonjol di dunia". Kasus DBD telah meningkat drastis di seluruh dunia. DBD bisa menimbulkan gejala ringan, tapi juga bisa mematikan.
- Kementerian kesehatan Indonesia melaporkan ada 143.000 kasus DBD tahun lalu, atau 52 kasus setiap 100.000 orang. Di periode yang sama tercatat 1.236 kematian akibat DBD, kebanyakan adalah anak-anak usia di bawah 14 tahun.
- Negara-negara lain telah menggunakan teknologi Wolbachia, di antaranya Singapura dan Malaysia. Singapura meluncurkan Project Wolbachia pada 2016 dan telah melepaskan lebih dari 300 juta nyamuk Wolbachia jantan, sementara Malaysia memilih lokasi pertama untuk studi percontohan pada 2017.
- Wolbachia adalah sejenis bakteri alami yang terdapat pada sekitar 60 persen spesies serangga, tapi tidak ditemukan secara alamiah pada nyamuk-nyamuk Aedes aegypti.
- Jika nyamuk-nyamuk terinfeksi dengan Wolbachia, maka virus-virus seperti DBD, chikungunya dan Zika tidak dapat berkembang di tubuh mereka. Artinya, nyamuk dengan bakteri Wolbachia memiliki kemampuan yang lebih kecil untuk menularkan virus kepada manusia. Nyamuk ini tidak dimodifikasi secara genetik, karena tidak ada perubahan pada materi genetiknya.
ADA PENYEBARAN 'DISINFORMASI YANG SISTEMATIS'
Ditanya mengapa program Wolbachia mengundang banyak protes dan ditunda padahal sudah ada 10.000 rumah tangga setuju berpartisipasi, dr. Riris Andono Ahmad, peneliti di Pusat Kedokteran Tropis UGM, mengatakan masyarakat Indonesia "sangat komunal" dan mengedepankan harmoni.
"Keputusan individu tidak menjadi yang utama, yang utama adalah keputusan kolektif," jelas Riris.Â
"Jika ada satu-dua orang yang menolak, tidak akan jadi masalah. Tapi jika ada satu tokoh yang vokal, mampu membuat narasi, dan memobilisasi massa, itu akan jadi masalah."
Para peneliti awalnya mendapatkan penolakan juga dalam program Wolbachia di Yogyakarta. "Ketika dalam fase riset di Yogya, 95 persen penduduk bersedia berpartisipasi," kata dia.
Namun karena "segelintir" yang menciptakan dan menyebarkan "narasi disinformasi", sehingga dia membutuhkan waktu sebulan untuk meyakinkan masyarakat, kenang Riris yang merupakan bagian dari tim kolaborasi UGM dengan World Mosquito Programme sampai 2022, dan sekarang tengah meneliti dampak jangka panjang Wolbachia di Yogyakarta.
Secara umum, pengalaman di Yogyakarta menunjukkan bahwa "masyarakat sebenarnya cukup terbuka dengan teknologi dan mau menerimanya. Mereka menjadi menolak ketika ada orang yang menakuti dengan disinformasi," kata dia.Â
Yang paling menonjol dari penolakan di Bali, kata Riris, adalah "disinformasi yang sistematis".
"Ketakutan disebarkan oleh disinformasi yang menimbulkan kengerian, seperti nyamuk bionik, menyebabkan radang otak, atau konspirasi Bill Gates, semua itu berdasarkan informasi yang tidak benar."
ADA BERKAH DARI PENUNDAAN DI BALI
Tapi penundaan di Bali bisa menjadi "blessing in disguise" atau berkah tersembunyi, kata dr. Riris.
"Dengan adanya krisis ini, atensi dan keingintahuan masyarakat terhadap teknologi ini menjadi lebih besar. Apabila kita bisa mengelolanya dengan baik dan tidak defensif, memberikan informasi dengan terbuka, maka akan menjadi kesempatan yang baik untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang teknologi ini," kata dia.
World Mosquito Programme mengatakan keputusan penundaan menunjukkan "komitmen untuk mendengarkan masyarakat dan memberikan kami kesempatan untuk menjawab setiap kekhawatiran dan pertanyaan" mengenai metode Wolbachia.
Setelah kabar penundaan disampaikan pada 17 November lalu, para peneliti dan pemerintah meningkatkan upaya penyebaran informasi dan lebih menjangkau masyarakat.
UGM menerbitkan berbagai artikel mengenai keberhasilan proyek di Yogyakarta dan mengenai Wolbachia, seperti fakta bahwa bakteri tersebut tidak bisa menulari manusia.
Universitas Udayana di Bali mengadakan seminar pada 30 November lalu soal implementasi metode Wolbachia di pulau tersebut.
Edukasi terhadap masyarakat akan terus dilakukan, kata Siti dari kementerian kesehatan.
Petugas pemerintah dan para mitra akan terjun langsung ke masyarakat di kota-kota tempat telur-telur Wolbachia akan disimpan, lanjut Siti.
Mereka kemudian akan menjelaskan bahwa nyamuk Wolbachia yang telah menetas secara bertahap akan menggantikan nyamuk penyebab DBD, sehingga mengurangi penularan virus. Siti menjelaskan, intervensi ini memakan waktu enam bulan, dan butuh dua hingga tiga tahun sampai bisa terlihat hasilnya.
"Jika sudah ada 60 persen persen populasi nyamuknya wolbachia, maka secara alami komunitas nyamuknya sudah berubah. Jika kurang dari itu, maka akan ditambah pelepasan nyamuk wolbachia-nya," kata Siti lagi.
Baca artikel ini dalam bahasa Inggris di sini.