Robot pengantar obat dan bangsal pintar: Tengok kecanggihan teknologi di rumah sakit Singapura ini
Robot di Rumah Sakit Umum Changi, Singapura, dapat melakukan berbagai tugas khusus, seperti memberikan selimut kepada para pasien di ruang tunggu IGD.

SINGAPURA: Robot yang mampu mengantar obat-obatan kepada pasien instalasi gawat darurat (IGD) dan ranjang yang bisa membalikkan tubuh pasien hanya dengan satu sentuhan tombol. Berbagai rumah sakit di Singapura telah memanfaatkan teknologi ini untuk mengatasi berbagai masalah, seperti terlalu padatnya pasien dan kurangnya tenaga medis.
Salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Changi (Changi General Hospital - CGH) yang mengerahkan robot untuk mengantarkan obat-obatan sebanyak 16 kali putaran dalam sehari. Keberadaan robot ini berhasil menghemat waktu para perawat di CGH hingga dua jam.
Dengan beban kerja yang semakin ringan, para perawat kini memiliki lebih banyak waktu untuk merawat pasien.
"(Robot-robot itu) telah menghemat banyak waktu kami untuk berjalan bolak-balik dari kamar rawat inap ke farmasi. Setidaknya kami bisa menghemat waktu tujuh menit untuk satu kali perjalanan bolak-balik," kata Adora Cheong, asisten perawat di IGD CGH.
Cheong menambahkan, waktu yang berhasil dihemat tersebut bisa digunakannya untuk merawat pasien, seperti membalut luka mereka atau memberikan perawatan dasar lainnya.
Robot lainnya bertugas sebagai pemandu pasien menuju ke berbagai area di IGD. Pekerjaan robot ini telah meringankan tugas perawat dalam mengarahkan laju pasien, yang biasanya memakan waktu hingga satu setengah jam sendiri dalam sehari.Â
Pasalnya, kata Cheong, ruang konsultasi medis letaknya "cukup jauh" dari ruang triase IGD. Robot pemandu ini juga dapat berbicara empat bahasa - Inggris, Mandarin, Melayu dan Tamil.
Robot ketiga yang dimiliki CGH mendapatkan tugas khusus, yaitu memenuhi kebutuhan para pasien di ruang IGD - misalnya memberikan mereka selimut. Robot ini telah mengurangi beban kerja para perawat hingga setengahnya dalam mengumpulkan kembali barang-barang yang telah dipakai pasien.
Dengan beban kerja yang berkurang, artinya para perawat dan staf rumah sakit dapat fokus pada tugas lain seperti membantu proses pembayaran atau pemulangan pasien.
Uji coba penggunaan robot akan berakhir pada Agustus mendatang. Rencananya CGH akan menurunkan robot-robot tersebut untuk melakukan lebih banyak tugas lagi dan menempatkan mereka di berbagai unit lain di rumah sakit tersebut.
BANGSAL PINTAR
Rumah Sakit Tan Tock Seng (TTSH), Singapura, juga telah memiliki beberapa perangkat canggih untuk membuat perawatan medis lebih efisien.
Salah satu perangkat memungkinkan perawat dan dokter saling bertukar laporan medis dengan cepat tanpa perlu menggunakan tangan atau telepon.
Perangkat ini sepenuhnya diaktivasi oleh suara, perawat hanya perlu menyebutkan nama dokter yang mereka cari dan akan langsung tersambung.
"Dulu, kami harus menggunakan telepon, mencari nomor kontak dokter, menekan tombol nomor dan terhubung dengan dokter, lalu menunggu dokter untuk datang ke bangsal," kata kepala Bangsal Pintar TTSH dan manajer perawat senior, Lim Mei Ling.
Selain itu, kata Lim, perangkat tersebut juga memiliki kamera yang bisa memindai obat-obatan atau perban luka agar dokter dapat menilai kondisi pasien dan mengambil keputusan medis berikutnya. Fitur ini sangat menghemat waktu para perawat.
Perangkat tersebut adalah satu dari 20 inovasi yang diujikan pada Bangsal Pintar TTSH sejak 2022. Teknologi baru lainnya di bangsal tersebut adalah ranjang yang bisa membalikkan pasien tirah baring dengan satu sentuhan tombol, meringankan pekerjaan yang sangat memakan tenaga.
Pasien tirah baring harus dibalikkan tubuhnya setiap dua jam untuk mencegah cedera akibat tekanan karena terlalu lama berbaring di satu sisi. Biasanya, para perawat perlu tenaga untuk melakukan tugas ini, dan terkadang membuat mereka sendiri cedera.
Teknologi baru ini juga bisa mencegah pasien lainnya terganggu.
"Jika perawat yang melakukannya, kami akan menyalakan lampu di tengah malam, menyibakkan tirai. Jadi kami tidak hanya mengganggu pasien, tapi juga pasien di sebelahnya," kata Lim.
Sistem pengawasan pasien yang terpasang di ranjang dan bangsal isolasi TTSH juga akan memberi sinyal pada perawat jika pasien mencoba meninggalkan ranjang mereka.
Sistem ini berhasil mengurangi angka pasien jatuh hingga 34 persen dan menghemat 67 persen jam kerja perawat dibandingkan sistem pengawasan sebelumnya yang menggunakan matras di lantai.

TANTANGAN YANG HARUS DIHADAPI
"Kami menyadari bahwa seiring dengan populasi yang menua, pasien menjadi semakin kompleks. Pekerjaan para staf medis akan semakin berlebih dan ada lebih banyak masalah yang harus kami hadapi. Jadi dengan adanya teknologi dan AI, kami mencoba menggunakannya dan melihat apakah dapat membantu kami meningkatkan kualitas perawatan pada pasien," kata wakil kepala Bangsal Pintar TTSH, dr. Keefe Tan.
TTSH akan menambah 14 lagi teknologi ini ke bangsal lain dan mengujikan 20 lainnya dalam dua tahun ke depan. Kepala Bangsal Pintar Lim mengatakan, biasanya butuh waktu bagi mereka untuk penyesuaian dalam menggunakan teknologi baru.
"Kami harus menyadari mengapa perubahan perlu dilakukan. Dan kami harus terus mempelajari lagi teknologi baru tersebut. Jadi mungkin membutuhkan waktu (untuk penyesuaian)," kata dia sembari menambahkan bahwa para perawat adalah orang-orang yang ulet dalam mempelajari hal baru.Â
Sementara itu di CGH, robot-robot diharapkan mampu meringankan beban kerja para perawat seiring tingginya volume kedatangan pasien.
Saat ini, ada waktu tunggu antara lima hingga delapan jam di IGD CGH.
"Kami ingin memanfaatkan penggunaan robot sebagai solusi yang inovatif untuk mengoptimalkan beban kerja, tenaga kerja dan juga merampingkan proses di IGD," kata manager perawat senior di IGD CGH, Elaine Leong.
Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris.
Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai bahaya merkuri bagi kesehatan para penambang emas dan keluarganya di Lombok.
Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.