Skip to main content
Best News Website or Mobile Service
WAN-IFRA Digital Media Awards Worldwide 2022
Best News Website or Mobile Service
Digital Media Awards Worldwide 2022
Hamburger Menu
Advertisement
Advertisement

Indonesia

Amankah meminum obat yang sudah kedaluwarsa? Ini 6 hal yang perlu Anda ketahui

Ada beberapa orang yang masih mengonsumsi obat kedaluwarsa. Apakah obatnya masih manjur, atau hanya perasaan kita saja?

Amankah meminum obat yang sudah kedaluwarsa? Ini 6 hal yang perlu Anda ketahui
Apakah Anda menyimpan obat-obatan di rumah? Pernahkah Anda memperhatikan tanggal kedaluwarsanya?

SINGAPURA: Terkadang ketika tubuhnya sakit, Humaira Sulaiman langsung meminum obat penghilang rasa sakit yang disimpannya di lemari es.

Beberapa obat yang disimpannya, termasuk obat flu dan batuk, sudah kedaluwarsa bahkan hingga lewat dua tahun. Tapi Humaira tidak memeriksanya.

"Mungkin saya meyakinkan diri sendiri (obat itu masih manjur)," kata Humaira. "Seringkali ... obatnya (sepertinya) bekerja."

Warga Singapura lainnya, Oskar Song, sadar bahwa dia telah mengonsumsi obat-obatan kedaluwarsa. Beberapa kemasan obatnya sudah kekuningan, dan tanggal kedaluwarsanya sudah pudar. Tapi dia "tidak terlalu" khawatir akan efek sampingnya. "Buktinya saya masih hidup," kata dia.

Baik Humaira dan Oskar bukan satu-satunya orang yang tidak khawatir menyimpan obat yang sudah kedaluwarsa.

Dalam survei Talking Point CNA di Instagram, 33 persen dari 708 responden mengaku telah meminum obat kedaluwarsa. Sementara 19 persen lainnya mengatakan tidak memeriksa tanggal kedaluwarsa ketika ingin meminum obat.

Tapi apakah obat kedaluwarsa masih berfungsi sebagaimana mestinya? Apakah aman untuk dikonsumsi?  

1. BERAPA USIA SIMPAN OBAT-OBATAN?

Beda jenis obat, beda pula masa usia simpannya. Untuk obat tablet dan kapsul "usia simpannya bisa hanya enam bulan" dan "bisa selama lima tahun", kata Priscilla Lim, apoteker pengelola The Pharmacy Inc.

Untuk obat cair, rata-rata usia simpannya dua tahun. Sementara untuk obat tetes mata bisa satu hingga dua tahun.

Obat racikan yang dibuat khusus untuk kebutuhan pasien tertentu, biasanya punya usia simpan yang lebih singkat —  hingga enam bulan — "Karena obat ini diracik dari nol," kata Lim.

Beberapa obat memiliki usia simpan yang lebih lama "karena secara kimiawi lebih stabil". Obat jenis ini tahan terhadap perubahan yang timbul dari kontak dengan bahan kimia lain atau lingkungan — jauh lebih kuat dibandingkan obat-obatan yang secara kimiawi tidak stabil, yang "dapat terdegradasi lebih cepat", katanya.

Perusahaan Priscilla Lim, The Pharmacy Inc, meracik obat yang dibuat khusus untuk pasiennya.

Usia simpan obat yang belum dibuka juga berbeda dengan yang sudah dibuka. Obat tetes mata, misalnya, masih steril ketika tidak dibuka botolnya, yang artinya "tidak ada bakteri sama sekali dalam produk tersebut".

"Ketika sudah dibuka, maka sudah tidak steril lagi," kata Lim, menyarankan agar produk tetes mata harus dibuang dalam waktu 30 hari setelah dibuka.

2. SEBERAPA EFEKTIF OBAT YANG SUDAH KEDALUWARSA?

Untuk mencari tahu efektivitas obat kedaluwarsa, Talking Point mengirimkan sampel ke laboratoum untuk diuji: Dua jenis obat penghilang rasa sakit, dua jenis antihistamin — yang biasa digunakan untuk alergi — dan sirup obat batuk.

Kelima obat itu sudah kedaluwarsa setidaknya selama setahun. Empat di antaranya lolos pengujian dengan tingkat potensi yang bertahan di angka 90 persen. Sementara sampel yang gagal adalah obat penghilang rasa sakit dalam bentuk sirup, dengan tingkat potensi 51 persen.

Agar obat dianggap efektif, maka produsen obat menetapkan tingkat potensi di atas 90 persen.

Tingkat kemanjuran obat yang sudah lewat tanggal kedaluwarsa dapat dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan, yang merupakan "penentu penting", kata Lita Chew, kepala departemen farmasi di Pusat Kanker Nasional Singapura.

Pengujian yang dilakukan oleh Badan Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat untuk memperpanjang usia penyimpanan obat-obatan yang ditimbun militer AS menunjukkan bahwa stabilitas beberapa jenis obat dapat diperpanjang melebihi label kedaluwarsanya.

Sekitar 88 persen obat kedaluwarsa, yang terdiri dari 122 jenis obat, dianggap masih cukup manjur setelah disimpan setidaknya satu tahun setelah tanggal kedaluwarsa.

Artikel tentang program perpanjangan masa simpan obat di Journal of Pharmaceutical Sciences.

Namun, obat-obatan yang diujikan itu disimpan dalam kondisi kemasan masih tersegel asli dan berada di "lingkungan yang kondisinya sangat terkendali", ujar Chew yang juga memperingatkan bahwa pengujian oleh AS ini dapat berbeda hasilnya terhadap konsumen.

"Kita tidak menyimpan obat dalam kondisi seperti mereka," kata dia. "Itulah mengapa, para pembuat peraturan di luar sana masih merekomendasikan agar konsumen membuang obat-obatan kedaluwarsa.

"Obat-obatan akan mulai terdegradasi begitu meninggalkan pabriknya. (Pertanyaannya) seberapa cepat degradasinya. Jadi saya akan tetap menyarankan agar kita berpegang pada tanggal kedaluwarsa untuk memastikan kemanjuran yang optimal."

3. OBAT LEBIH TAHAN LAMA JIKA DISIMPAN DI KULKAS?

Beberapa orang menyimpan obat-obatan mereka di lemari es. Namun langkah terbaik adalah memeriksa instruksi penyimpanan pada label obat. Sebagian obat mungkin akan rusak karena dingin dan sebaiknya disimpan di tempat dengan suhu antara 15 hingga 25 derajat Celcius.

Berarti, hindari menyimpan obat di dekat benda yang mengeluarkan panas, seperti di samping oven atau kulkas. Simpan di tempat yang sejuk dan kering, seperti di lemari atau laci.

Namun di cuaca Singapura yang panas, tidak mudah menyimpan obat di tempat sejuk, kata Ong Kheng Yong, apoteker di Singapore General Hospital.

"Kami telah melakukan eksperimen kecil, dan suhu di rumah bisa mencapai panas hingga 30 sampai 31 derajat Celcius," kata dia. "Dalam kondisi yang tidak ideal ini, ada kemungkinan obat terdegradasi lebih cepat.

"Hal itu akan mengurangi usia penyimpanannya, dan mungkin tidak akan bisa bertahan hingga tanggal kedaluwarsanya."

Sebagian besar obat jenis pil disarankan disimpan di tempat yang sejuk dan kering.

4. APA RISIKONYA JIKA OBAT SUDAH TERDEGRADASI?

Obat-obatan yang biasa disimpan di rumah adalah obat batuk sirup, penyemprot hidung, salep antijamur dan nyeri otot serta obat tetes mata.

Obat-obatan ini juga berisiko mengalami kontaminasi bakteri. Talking Points mengirimkan tujuh sampel obat ini ke lab lainnya untuk diujikan keamanannya.

Sampel-sampel itu telah dibuka selama lebih dari 20 hari, kebanyakan sudah lewat sekitar satu tahun dari tanggal kedaluwarsa. Pengujian menunjukkan bahwa penghitungan total plate count (TPC), yang memuat jumlah mikroba, masing-masingnya kurang dari 10.

Artinya tidak ada pertumbuhan bakteri, bahkan pada dua sampel yang sudah kedaluwarsa pada 2018 dan 2019. Alasannya menurut Chew, "semua produk ini mungkin mengandung pengawet".

"Zat pengawet menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat untuk tumbuhnya mikroorganisme seperti bakteri dan jamur."

Hasil laboratorium menunjukkan bahwa obat-obatan yang diujikan negatif terhadap pertumbuhan bakteri dan jamur.

Namun Chew tidak merekomendasikan untuk menggunakan obat tetes mata yang sudah kedaluwarsa. Jika botolnya sering dibuka-tutup, "kemungkinan kontaminasinya sangat tinggi".

"Jika ada terlalu banyak kontaminasi, zat pengawet tidak akan mampu mengatasinya," kata dia. "Anda tidak mau main-main dengan mata, bukan?"

Tingkat keamanan obat lainnya yang sudah kedaluwarsa juga dipertanyakan. Chew mencontohkan antibiotik yang paling sering diresepkan, yaitu tetrasiklin. Jika terdegradasi, maka salah satu produk turunannya adalah anhidrotetrasiklin.

Anhidrotetrasiklin tidak akan terbentuk sebelum tanggal kedaluwarsa dengan penyimpanan sesuai ketentuan. "Namun jika Anda meminum tetrasiklin yang sudah kedaluwarsa, maka produk turunannya ... bisa beracun bagi ginjal," kata dia. "Bisa menyebabkan kerusakan ginjal."

Ketika terdegradasi, obat-obatan lainnya — bukan hanya obat yang dijual bebas, tapi juga yang dosis tinggi — juga bisa berbahaya bagi pasien.

Misalnya insulin untuk perawatan diabelet, mudah sekali rusak usai kedaluwarsa. Jika insulin tidak bisa digunakan untuk merawat atau mencegah peningkatan gula darah dengan efektif, maka bisa terjadi komplikasi.

5. KAPAN OBAT HARUS DIBUANG?

Selain memeriksa tanggal kedaluwarsanya, ada cara lain untuk mengetahui obat sudah tidak lagi aman untuk dikonsumsi.

"Baunya bisa memberikan kita petunjuk," kata Chew yang mencontohkan aspirin. "Salah satu produk turunan dari degradasi aspirin adalah asam asetat. Asam asetat adalah cuka, jadi baunya asam."

Amoxicillin, antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri, juga memiliki bau seperti belerang ketika sudah terdegradasi. Pemeriksaan fisik juga bisa memperlihatkan bahwa obat telah rusak, misalnya kemasan yang menggembung menunjukkan antibiotik sudah tidak layak lagi.

Contoh kemasan antibiotik yang menggembung dan yang tidak.

Jika sebuah pil terlihat menjadi bubuk, maka itu adalah "indikasi bahwa obatnya tidak aman", kata Chew.

6. BOLEHKAN MINUM OBAT YANG DIRESEPKAN UNTUK ORANG LAIN?

Dari pada membuang obat-obatan, beberapa orang akhirnya memberikan atau menjualnya dengan harga murah di lokapasar. Banyak dari obat-obatan yang dijual itu diklaim masih baru dan belum kedaluwarsa.

Dr Ong mengatakan menjual obat resep dengan cara seperti ini adalah ilegal, berdasarkan Undang-undang perobatan dan Regulasi Produk Kesehatan Singapura.

Sementara untuk pembelinya di dunia maya, "tidak disarankan" untuk meminum obat seperti itu, kata Ong.

"Apa yang Anda (pembeli) lakukan adalah melewatkan konsultasi dengan profesional bidang kesehatan, yang akan mendiagnosa secara tepat apa masalah Anda dan memberikan saran medis perorangan tentang obat apa yang tepat untuk Anda dan efek sampingnya."

Apoteker Singapore General Hospital, Ong Kheng Yong, bersama seorang pasien.

Meski seseorang mungkin memiliki pengobatan yang sama dengan anggota keluarganya, "namun masalah keamanannya tetap sama".

"Untuk perawatan yang hanya membutuhkan obat, kami akan bertanya untuk menilai (apakah kondisi kesehatan Anda) adalah sesuatu yang tidak serius dan bisa Anda obati sendiri. Atau apakah ada masalah lain di balik itu?" kata Ong.

Jika memang ada masalah lain, maka perlu diagnosa dokter. Jika tidak diperiksa oleh dokter, maka ada risiko tertutupinya masalah yang lebih besar, lanjut Ong.

Dia mencontohkan, ada orang dengan masalah lambung yang kemudian membeli obat di toko atau apotek untuk mengatasi gejalanya. "Tapi mungkin, masalah di balik itu yang menyebabkannya ... adalah kanker perut atau tukak lambung," kata dia.

Ong bersama pembawa acara Talking Point, Steven Chia, di salah satu apotek terbesar di Singapura.

Dalam perawatan mandiri, terutama jika meminum obat orang lain, seseorang harus berhati-hati karena pil bisa terlihat sama tapi dosisnya berbeda, antara 20 hingga 40 miligram.

Misalnya penghilang rasa sakit seperti paracetamol — yang dikemas dalam berbagai bentuk — bisa mengandung bahan aktif yang berbeda di dalamnya.

"Jika Anda hanya mengingat nama obatnya, dan tidak mengecek dosisnya, bisa jadi Anda mendapatkan obat yang tepat jumlahnya, tapi dosisnya ... bisa lebih tinggi dari yang seharusnya," kata Ong.

Baca artikel ini dalam bahasa Inggris di sini.

Source: CNA/da(ih)
Advertisement

Also worth reading

Advertisement