Skip to main content
Best News Website or Mobile Service
WAN-IFRA Digital Media Awards Worldwide 2022
Best News Website or Mobile Service
Digital Media Awards Worldwide 2022
Hamburger Menu
Advertisement
Advertisement

Indonesia

Ketika para pegulat profesional wanita berlaga sekaligus menginspirasi dari atas ring

Aksi para pegulat wanita dengan serangan-serangan yang keren di atas ring tidak hanya memuaskan para penggemar, tetapi juga telah memberikan mereka menginspirasi.

Ketika para pegulat profesional wanita berlaga sekaligus menginspirasi dari atas ring
Dunia gulat profesional membantu Alexis Lee (kiri) untuk bangkit dari bayang-bayang perundungan di sekolahnya (Foto: Middle Kingdom Wrestling)

SINGAPURA: Dari penampilannya, dia seperti kebanyakan wanita pekerja keras di Singapura, penuh waktu bekerja sebagai pelayan restoran dan paruh waktu sebagai pelatih di dua pusat kebugaran. Tapi setiap dua bulan sekali, Alexis Lee menampilkan alter egonya – sosok galak dengan dandanan dan kostum tengkorak, siap melancarkan tendangan terbang kepada siapapun yang menantangnya di arena gulat.

Menjadi pegulat profesional memang pekerjaan sampingan wanita berusia 28 tahun ini. Lee adalah satu dari sedikit sekali pegulat profesional wanita di Singapura. Tidak jarang, dia harus menghajar – bahkan mengalahkan – pria yang dua kali lebih besar darinya di atas ring.

Lee juga harus menghadapi para pegulat pro wanita yang didatangkan dari luar negeri oleh Singapore Pro Wrestling (SPW), perusahaan promotor pegulat profesional, salah satunya adalah Yuki Kamifuku, model bikini yang beralih profesi menjadi pegulat pro. Tiga sampai empat kali per tahun, Lee bertanding di luar negeri seperti China, Filipina, Amerika Serikat dan India.

Alexis Lee (kanan) delapan hingga 10 bertanding dalam setahun, baik di Singapura atau di luar negeri. (Foto: Middle Kingdom Wrestling)

Delapan hingga 10 kali pertandingan per tahun tentu saja tidak cukup untuk membayar tagihannya. Tapi semua ini dilakoninya lantaran kecintaannya pada gulat – olahraga yang dimulainya sejak usia 18 tahun dan masih ditekuninya dalam 10 tahun terakhir.

Lee yang pernah menjadi korban perundungan ketika SD dan SMP mengatakan gulat membantunya melupakan kenangan kelam masa lalu. Ini juga jadi cara dia melampiaskan kekesalan.

"Ketika ada yang membuatmu kesal, kau berbicara sendiri di dalam hati bagaimana cara untuk bisa membalasnya. Sangat menyenangkan bisa melampiaskan dan meluapkannya di atas ring," kata dia.

REALITAS ALTERNATIF

Gulat profesional tidak terlalu populer di Singapura – bahkan bisa dibilang ini adalah olahraga bawah tanah. Bahkan, pendiri SPW Andruew Tang mengatakan "budaya gulat pro sudah senja kala"

"Dulu, semua orang menyukai WWE (World Wrestling Entertainment). Sekarang, anak-anak tidak memahami seni gulat profesional. Mereka kira ini pertandingan yang sangat palsu," kata pria 34 tahun yang menyelenggarakan pertunjukan gulat pro setiap dua atau tiga bulan sekali dan merupakan pegulat pro juga.

Lee mengatakan, gulat profesional memang ada koreografi dan latihannya, tapi bukan berarti tanpa tantangan.

"Ini bukan sekadar olahraga, tapi juga teater. Hanya ada satu kali pengambilan gambar secara langsung di hadapan penonton. Tidak ada kesempatan mengulang," jelas dia.

"Banyak orang mengira bahwa pegulat wanita harus terlihat seperti pria. Padahal wanita bisa menjadi feminin, cantik sekaligus kuat, dan melakukan apa pun yang mereka inginkan," kata pegulat Jepang, Kamifuku (kiri). (Foto: Tokyo Joshi Pro Wrestling)

"Para penonton berteriak dan bersorak. Tapi kami harus tetap konsentrasi dan melakukan gerakan dengan aman, di saat yang sama harus berakting dan unjuk diri agar 400 orang yang berteriak dan bersorak tahu cerita yang ingin disampaikan," kata dia.

"Kalau kamu menonton pertandingan dan terlihat palsu, maka itu bukan pertunjukan yang bagus. Tugas kami adalah meyakinkan kalian bahwa ini pertandingan betulan," Tang berimbuh.

Sebelum berlatih dengan Singapore Pro Wrestling, Lee belajar gulat dengan menonton video di YouTube dan acara televisi. (Foto: Singapore Pro Wrestling)

Bagi Lee, pertarungan di atas ring terasa sangat nyata, bukan hanya karena aktingnya yang bagus. Sebagai bekas korban perundungan, menjadi pegulat pro membuat dia bisa mewujudkan keinginan terpendamnya.

"Saya mulai menonton gulat awalnya karena ingin membalas pembully dan melindungi diri. Ketika tahu saya mempelajari gulat pro, mereka sedikit menjauh," kenang Lee. Sebelum berlatih dengan SPW, dia belajar gulat dari video Youtube dan acara di televisi.

Perlahan, gulat memiliki arti yang lebih besar bagi Lee. 

"Semua orang mengejek karena saya kurus, jadi saya memutuskan menjadi tengkorak," kata Lee, yang mengecat wajahnya bergambar tengkorak setiap kali bertanding. "Saya menjadi lebih percaya diri dan itu menjadi persona saya. Di ring, saya bisa mengeluarkan hal-hal yang sebelumnya tidak bisa saya lampiaskan."

"Gulat profesional adalah tempat saya dapat menjadi diri sendiri dan menginspirasi orang lain bahwa kalian tidak harus mengikuti norma-norma yang ada," kata Lee (kiri). (Foto: Najwan Noor)

Kamifuku, pegulat profesional Jepang, membenarkannya. Dia mengatakan bahwa itu adalah salah satu alasan mengapa gulat profesional digemari di Jepang.

"Banyak orang mengalami stres. (Di atas ring), kami boleh memukul dan menendang orang lain karena kami pegulat profesional. Tapi penonton tidak bisa melakukannya karena itu ilegal. Jadi mereka menonton orang lain menendang dan melawan balik untuk meredakan stres," kata Kamifuku.

"Mereka juga mengikuti perjalanan karier para pegulat pro pemula yang bertekad ingin jadi juara, lalu menyaksikan mimpi itu terwujud," kata mantan model bikini berusia 30 tahun ini yang telah mengabaikan cemoohan haters untuk bisa menjadi pegulat pro Jepang terkenal.

Seorang penggemar, Karina Soetama, menyampaikan pandangan yang sama. "Saya kenal dengan gulat pertama kali lewat pertandingan Nikki Cross (pegulat Skotlandia) melawan Asuka (Pegulat Jepang) pada 2017. Pertandingan itu berantakan, rusuh, penuh kekerasan, tapi indah.

"Di balik semua kostum yang bombastik dan kilatan lampu, kisah-kisah yang ditampilkan di ring sangat humanis; tentang cinta, kegamangan dan keraguan pada diri sendiri, tentang membenahi diri dan mengatasi masalah yang mengintai hidupmu. Ini cerminan dari diri dan perjuangan kita sendiri dalam kehidupan," kata Soetama.

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN

Dunia gulat profesional tidak begitu populer di Singapura. Keterwakilan perempuan sangat kecil, dengan Lee sebagai satu-satunya pegulat profesional wanita yang dinaungi SPW saat ini. SPW menaungi 23 pegulat aktif, Lee adalah salah satunya.

Promotor gulat Singapura lainnya, Grapplemax, memiliki tiga pegulat profesional wanita dari total 22 pegulat, seperti yang tercantum dalam situs mereka.

Di Asia Tenggara dan negara Asia lainnya, jumlah pegulat wanita juga sangat sedikit dibanding pria.

"Gulat pro adalah olahraga yang terkadang kita harus berkorban banyak, tapi tidak banyak yang bisa didapatkan. Uang dalam jumlah banyak hanya didapat jika kita masuk ke liga besar (di AS dan Jepang)," kata Tang.

Apa yang akan Lee katakan kepada orang-orang yang berpikir gulat profesional itu palsu? "'Datang dan cobalah sendiri'," kata dia (kanan); dalam foto ini Lee sedang uji coba WWE di Shanghai, China, di mana hanya ada satu pegulat Asia Tenggara yang berhasil lolos. (Foto: WWE)

"Tentu saja, ada naskah dan koreografinya, tapi tidak ada yang palsu dari menghajar seseorang dengan bobot penuh tubuhmu," kata dia.

"Kami belajar caranya jatuh dengan benar sambil menimbulkan suara kencang dengan memukulkan tangan ke samping, memastikan punggung tetap lurus dan leher tertekuk ke dalam agar tidak cedera. Tapi (untuk sebagian besar gerakan), benturan awal rasanya seperti ditabrak mobil.

"Sangat menakutkan memaksa diri untuk melakukan hal-hal yang secara naluriah enggan kita lakukan, seperti jatuh telentang. Kami berusaha semampunya untuk jatuh seaman mungkin. Meski banyak orang yang mengatakan ini palsu, tapi rasa sakitnya kadang betulan," kata Lee.

Cedera seringkali terjadi. Kamifuku pernah patah jarinya saat latihan dan Lee mengalami robek bibir saat gladiresik. "Saya harus menarik bibir saya dari gigi. Pendarahannya parah sampai-sampai darahnya keluar bercampur air liur," kata dia.
"Ketika saya mulai bergulat, banyak haters mengatakan, 'Berhenti saja. Jadi model bikini saja'. Saya tidak berhenti dari gulat profesional karena saya membenci para haters," kata Kamifuku (kanan). (Foto: Tokyo Joshi Pro Wrestling)

Para penggemar mengaku senang melihat para pegulat wanita mampu bertahan. Menurut Soetama, kehadiran pegulat wanita memberikan keragaman di dunia gulat profesional yang lekat dengan stereotipe 'adu otot pria-pria bertubuh kekar dengan badan yang berminyak'.

Penggemar lainnya, Shane Vergara, 24, menambahkan: "Menyenangkan melihat mereka - terutama yang setinggi saya - saat melakukan gerakan serangan keren ke musuh yang lebih besar. Saya senang melihat wanita bisa melawan lelaki dan menang."

Ini juga yang menjadi keyakinan Kamifuku. "Banyak orang berpikir bahwa memukul, menendang, dan berkelahi adalah hal buruk bagi seorang wanita. Namun saya merasa saat ini penting bagi wanita untuk menunjukkan kekuatan, kemampuan dan kemandirian mereka. wanita tidak lemah," tegas dia.

Baca artikel ini dalam bahasa Inggris di sini. 

Source: CNA/da(ih)
Advertisement

Also worth reading

Advertisement