Apakah botol plastik berlabel BPA-free benar-benar aman? Kami mencari tahunya untuk Anda
Apakah botol plastik dan wadah makanan berlabel BPA-free benar-benar aman digunakan kembali? Program Talking Point CNA mencari tahunya dengan pengujian di lab.

SINGAPURA: Coba tengok bagian bawah dari botol atau wadah plastik yang Anda beli beberapa tahun terakhir ini. Pada wadah yang bisa digunakan berulang itu kemungkinan tertera label "BPA-free".
Selama bertahun-tahun, BPA memiliki reputasi yang buruk. Bahan kimia ini diketahui dapat mengganggu fungsi endokrin, dan diyakini oleh banyak peneliti dapat menyebabkan kanker serta gangguan reproduksi.
"Sederhananya, (ini adalah bahan kimia) yang mampu meniru hormon tertentu atau memblokir hormon tertentu," kata Ben Ng, ahli endokrinologi di Mount Elizabeth Novena Specialist Centre, Singapura. Ng menambahkan, ada kekhawatiran paparan BPA dalam jangka panjang dapat memengaruhi pertumbuhan anak.
BPA (kependekan dari bisfenol A) dapat ditemukan pada banyak perangkat rumah tangga. Bahan kimia ini digunakan untuk membuat polikarbonat, plastik keras yang memiliki tampilan dan tekstur seperti kaca namun ringan dan hampir tidak bisa pecah.

Meski dapat ditemukan pada benda-benda seperti pakaian, mainan dan bahkan kertas struk thermal, namun Ng mengatakan "lebih dari 90 persen paparan BPA terjadi jika tercerna". Artinya, bahan kimia ini dapat terlepas dari wadah makanan dan botol ke makanan atau minuman.
Regulasi di Singapura memang mengatur larangan impor untuk kemasan yang berisiko  memaparkan zat berbahaya pada makanan, namun tidak secara spesifik melarang BPA.
Kanada sudah sejak 2008 melarang kandungan BPA pada botol susu bayi. Uni Eropa mengikuti jejak Kanada pada 2011. Badan Obat dan Makanan AS juga telah melarang BPA pada botol susu bayi dan gelas isap bayi di tahun 2012 dan kemasan susu formula balita pada 2013.
Bertahun-tahun sejak larangan tersebut diterapkan, berbagai produk BPA-free membanjiri pasar.
Lantas bagaimana cara botol-botol BPA-free diproduksi? Apakah benar-benar aman? Program Talking Point CNA menemukan bahwa bahan kimia pengganti pada botol BPA-free kemungkinan juga bisa bocor dan memengaruhi kesehatan manusia sama halnya seperti BPA.
ADA APA DI DALAM BOTOL BPA-FREE?
Botol-botol BPA-free biasanya dibuat dengan mengganti BPA dengan senyawa bisfenol yang memiliki struktur serupa, seperti bisfenol F (BPF) dan S (BPS).
Tapi botol-botol ini belum tentu lebih aman dibanding botol BPA, ujar Tong Yen Wah, lektor kepala di departemen kimia dan biomulekular National University of Singapore (NUS).
"Beberapa senyawa jenis bisfenol ini masih bisa terlepas ke dalam air minum. Dan kita bisa meminumnya."
Untuk mengetahui kebenarannya, Talking Point mengirimkan 11 botol yang dapat digunakan berulang dari berbagai merek untuk diuji di laboratorium. Botol-botol itu terbuat dari bahan-bahan yang berbeda, di antaranya dari tiga jenis plastik, stainless steel, dan kaca.
Sembilan dari botol-botol tersebut memiliki label BPA-free. Dua sisanya berlabel "food grade", yang artinya aman untuk menyimpan makanan.

Botol-botol itu kemudian diisi dengan air bersuhu ruang selama dua jam untuk menjalani uji pelindian bisfenol ke dalam air.
Hasilnya menunjukkan, empat botol melepaskan sejumlah kecil zat kimia pengganti BPA. Tiga di antaranya - termasuk dua botol berlabel "food grade" - terbuat dari polikarbonat. Sementara botol keempat berbahan polipropilena, salah satu jenis plastik.
Tidak ada pelepasan bifenol dari botol-botol lain yang berbahan stainless steel, kaca, dan plastik berjenis Tritan.
Kadar zat kimia yang terlepas berkisar sekitar 10 sampai 20 nanogram per liter hingga sekitar 70 sampai 80 nanogram per liter.

Menurut asisten peneliti Mauricius Marques Dos Santos dari Nanyang Environment and Water Research Institute di Nanyang Technological University, konsentrasi pelepasan zatnya "sangat kecil". Satu nanogram per liter ibarat setetes air di dalam 16 kolam renang standar Olimpiade, kata dia.
Saat pengujian menggunakan air panas, ada lebih banyak lagi zat kimia bisfenol yang terlepas ke dalam air - hingga tiga sampai empat kali lipat, tergantung jenis botolnya.
APAKAH BAHAN KIMIA INI AMAN?
Untuk lebih memahami keamanan senyawa pengganti BPA ini, bahan kimia yang terlepas dari botol diujikan pada sel manusia. Meski pengujian tidak menunjukkan adanya racun yang cukup untuk membunuh sel tubuh, namun bahan kimia tersebut memiliki efek yang mirip dengan BPA.
"Di dalam sel manusia, kita melihat ada cukup banyak zat kimia untuk mulai mengaktifkan sistem reseptor estrogen," kata direktur eksekutif Nanyang Environment and Water Research Institute, Shane Snyder, yang memimpin pengujian lab ini.
"Dengan kata lain, sel-sel tersebut merespons estrogen dari bahan kimia yang keluar dari botol."

Konsentrasi bahan kimia tersebut masih "cukup rendah", tambahnya. "Berdasarkan apa yang kita amati sejauh ini, perlu minum air dari banyak botol untuk dapat merasakan efeknya."
Sebagai ilustrasi, seseorang harus meminum air delapan kali lipat lebih banyak dari botol yang mengalami pengeluaran zat kimia terbesar - 80 nanogram BPS per liter - untuk dapat merasakan efek estrogenik yang signifikan.
Meskipun demikian, wartawan AS, Abigail Davidson, mengatakan penelitian selama 25 tahun terakhir menunjukkan bahwa paparan bahan kimia yang dapat mengganggu endokrin "tidak selalu sesuai dengan keyakinan kebanyakan, yaitu 'dosisnya harus banyak agar bisa beracun'".
Artinya, paparan zat pengganggu endokrin dalam dosis rendah sekalipun masih dapat memberikan dampak."
Davidson, editor The Filtery, sebuah situs yang bertujuan membantu konsumen mengurangi racun lingkungan di rumah, menambahkan bahwa meski tidak banyak penelitian terhadap senyawa bisfenol lainnya seperti BPS dan BPF, "namun kebanyakan informasi yang didapatkan konsisten dengan dampak dari BPA".
"Struktur kimiawinya sangat mirip, sehingga akan memiliki dampak yang sama terhdap tubuh manusia."
Badan Makanan Singapura (SFA) dalam menjawab pertanyaan Talking Point mengatakan bahwa saat ini belum ditetapkan "standar internasional yang sama terkait bisfenol dalam produk kemasan makanan". Pun kata SFa belum ada "bukti yang meyakinkan" bahwa bahan pengganti BPA tidak aman digunakan.
"Kendati demikian, SFA memantau dengan saksama diskusi ilmiah internasional terkait keamanan bisfenol dan secara berkala memantau persyaratan keamanan kami sembari mengikuti perkembangan terbaru," ujar SFA.
APA YANG HARUS DILAKUKAN KONSUMEN?
Davidson mengatakan ada kabar baik bagi konsumen, yaitu waktu-paruh dari bisfenol yang "cukup singkat", sekitar enam jam. Waktu-paruh adalah waktu yang dibutuhkan suatu zat untuk mengurangi separuh dosis aslinya di dalam tubuh.
"Jika Anda mulai mengurangi paparannya, maka hasilnya akan terlihat dengan cepat," kata dia.
Salah satu cara mengurangi paparannya adalah mencari plastik pengganti yang lebih aman, seperti Tritan misalnya, yang tidak melepaskan bisfenol dalam pengujian lab oleh Talking Point.
Bahan plastik Tritan adalah co-poliester yang "dikembangkan sebagai alternatif dari polikarbonat yang aman", kata manajer merchandising ritel Seager Inc, Liew Yue Ci. Seager Inc adalah distributor tunggal untuk botol Nalgene yang berbahan Tritan di Singapura.

Tritan memiliki karakteristik yang sama dengan polikarbonat, dalam hal kejernihan, daya tahan dan kekuatannya terhadap benturan, kata Liew. Selain itu Tritan bebas BPA, tapi harganya lebih mahal.
Botol-botol berbahan Tritan diberi label sesuai dengan materialnya, namun botol Nalgene hanya memasang label "BPA-free", ujar Liew. "Konsumen harus tahu apa yang mereka beli dan harus mencari tahunya sendiri."
SFA pada program Talking Point mengatakan bahwa konsumen harus mengikuti petunjuk penggunaan untuk botol atau wadah makanan yang bisa digunakan berulang. Misalnya, untuk memanaskan makanan dalam microwave hanya bisa digunakan wadah berlabel "microwave-safe".
Sebuah produk harus diganti jika bentuknya sudah berubah, seperti jika plastiknya keruh, warnanya berubah atau ada retakan.
Ketika menggunakan produk yang bisa digunakan berulang terutama untuk wadah makanan atau cairan panas, konsumen juga dapat memilih bahan-bahan lainnya seperti kaca, porselen atau stainless steel.
Baca artikel ini dalam bahasa Inggris di sini.